Resensi Film : AnyBody Can Dance (2013)

Panggung gemerlap menjadi pembuka film Any Body Can Dance (ABCD) yang berhasil meraih kesuksesan di industri Bollywood ini—meski awalnya sempat diragukan—tipikal kuda hitam. Dan dari adegan pembuka ini juga kita bisa menebak keseluruhan cerita.
Ini film tentang anak muda yang mengikuti kompetisi dance.
Film tentang dance.

Meskipun begitu, sepanjang 2 jam kita tidak hanya melulu menyaksikan adu dance. Ada konflik dan drama yang mengikat keseluruhan cerita.

Vishnu (Prabudeva) merasa ada yang janggal dengan kemenangan anak didikannya, tim Jehangir Dance Company (JDC) di acara Dance Dil Se. Walaupun timnya dinyatakan menang, ia tidak terlihat bangga dan bahagia sama sekali. Penyebabnya, ia melihat sendiri salah satu anak didikannya terjatuh dari panggung saat sedang beraksi. Ia pikir, tim lawan, Lawrence, lebih berhak mendapatkan titel juara.
Merasa hatinya terusik, Vishnu mendatangi sahabat sekaligus rekankerjanya, Jehangir (Kay Kay Menon) pendiri JDC. Ia memprotes kemenangan itu. Bagaimana mungkin timnya menang sementara mereka bukan yang terbaik? Prinsipnya, menari bukan hanya soal koreografi yang bagus, dan kompetisi harus fair. Jehangir pikir Vishnu terlalu naif.
Menyusul protesnya, Jehangir secara sepihak menggantikan posisi Vishnu sebagai koreografer dan pelatih tim dengan Chris dan menjadikannya tim administrasi. Vishnu merasa ia berhak kecewa karena ia ikut membesarkan dan bekerja keras untuk JDC. Tetapi Jehangir memberi alasan bahwa ia ingin perubahan dan membuat tarian yang lebih berkelas internasional sedangkan gaya Vishnu terlalu kolot. Alhasil, Visnu tercampakkan dari JDC.
Vishnu merasa sedih hingga membuatnya nyaris putus asa. Sahabatnya, Gopi berusaha membesarkan dan menghiburnya.

Di rumah Gopi juga, ia melihat beberapa pemuda berandalan sedang dikejar-kejar polisi.  Adegan mereka dikejar-kejar polisi lucu sekaligus keren, hahaha >…….<.

Mereka bisa melompat dari bangunan satu ke bangunan lain dengan mudahnya bak atlet Parkour. Sangat luwes, bisa melompati 3 motor yang terparkir sekaligus, menyelip di bawah meja dagangan pasar, lolos dari lubang tangga yang kecil sementara polisi yang mengejarnya sukses terperangkap. Dengan keluwesan mereka yang menakjubkan, mereka berhasil lolos dari kejaran polisi.
Vishnu pun tercengang melihat aksi mereka. ada sesuatu yang unik yang ia temukan dari mereka.
Di sebuah acara rakyat—perayaan Ganpathi, ia kembali bertemu para pemuda berandalan itu dan akhirnya ia tahu apa sesuatu yang unik itu—mereka menari dengan sangat baik.
Pemuda itu terbagi menjadi 2 kelompok menari, dan namanya juga berandalan, adu dance itu membuat mereka pada akhirnya terlihat perkelahian. Tetapi adegan jotos-jotosan itu justru memberi inspirasi sendiri bagi Vishnu.
Kejadian itu membuat semangat Vishnu meraih mimpinya bangkit lagi. Ia mengundang para berandalan itu, kedua kelompok yang bertikai, menjadi timnya.
Bayangkan saja bagaimana situasi latihan para pemuda dan pemudi yang pernah bertikai itu @.@. Terjadi konflik adu mulut dan adu hebat. Konflik-konflik seperti ini membuat cerita semakin hidup. Tidak mudah bagi Vishnu untuk membuat mereka benar-benar kompak sebagai satu tim. Belum lagi saat mereka latihan, tiba-tiba polisi datang dan menjemput salah satu dari mereka karena kasus narkoba.
Selain itu, kehadiran Shaina, dancer cantik dan seksi membuat mereka terlibat persaingan mendapatkan hatinya. Vishnu juga bertemu lagi dengan Rhea, murid didikannya saat di JDC yang keluar dari JDC karena mendapat pelecehan dari Jehanger. Kemampuan menari Rhea yang di atas rata-rata membuat tim mereka semakin hebat.
Walaupun begitu, Vishnu dibuat kecewa oleh timnya karena dalam sebuah kompetisi dance kecil-kecilan di sebuah klub, mereka tidak kompak sama sekali. Gemas, Vishnu membubarkan timnya dan memilih seorang diri dalam melawan rivalnya. Sambil pergi, ia menekankan pada mereka,
“kalian tahu apa makna D dalam DANCE? Disiplin.”
Ia memilih meninggalkan timnya untuk memberi kesadaran pada mereka. mereka pun berusaha membujuknya dengan tarian tarian bujukan bermaksud agar Vishnu memaafkan kesalahan mereka (ini lucu).

. Tarian mereka berhasil meluluhkan Vishnu.
Setelah tim sudah solid pun masih ada saja cobaan yang harus dihadapi, seperti tempat latihan mereka yang dibubarkan massa karena aduan orangtua salah satu dari mereka, D, yang tidak setuju dengan kegiatan dance—karena dianggap bertentangan dengan kepercayaan yang dianutnya. Dan seperti sebelumnya, mereka berupaya meluluhkan warga dengan tarian.
Dan keindahan tari juga kesungguhan mereka berhasil merebut hati warga (adegan, lagu, dan koreonya sangat menyentuh.

walau tak serta merta berhasil membuat orangtua D mengizinkannya.
Walau tanpa restu, D tetap nekat mengikuti kompetisi Dance Dil Se bersama timnya, DDR, yang dipimpin Vishnu sebagai pendiri sekaligus pelatih.
Belum berarti mereka bebas hambatan. Saat menari untuk babak penyisihan, tim DDR kembali diterpa masalah yaitu kekompakan. 2 anggota tim bertengkar karena berebut perhatian Rhea yang mereka sukai. Pertengkaran mereka terlihat jelas sekali dan hal itu membuat mental timnya jatuh.
Tetapi sejarah pun berulang.
Jehanger, dengan ambisinya bertempur dengan Vishnu di babak final mengompromikan dan membujuk juri agar meloloskan DDR, lalu juri meloloskan mereka untuk lolos ke babak selanjutnya.
Sama seperti kejadian yang telah lalu, Vishnu tak bangga dengan keberhasilan itu. walaupun begitu, ia melanjutkan kompetisi, dan melatih juga mendidik timnya dengan lebih keras.

Ketika menghadapi semifinal, cobaan datang dari salah satu anggota, yaitu Chandu. Chandu merupakan penari utama mereka untuk pertunjukkan ini, tetapi dalam perjalanan ia tertabrak mobil.
Meninggalnya Chandu secara mendadak membuat mental tim jatuh. mereka merasakan duka yang mendalam ketika menari di atas panggung, bahkan Shaina yang mencintai Chandu terlihat sangat terpukul dan menangis sepanjang ia menari.
Apakah hal itu membuat tim mereka lantas gagal?
Tidak. justru juri dan penonton tersentuh dengan tarian berkabung mereka.

Kerja keras Vishnu dan timnya juga dukungan Gopi, tim dance para berandalan kampung ini berhasil meraih semifinal, melawan tim JDC yang merupakan tim dance internasional.

Walaupun tim JDC lebih berkelas, Jehanger tidak percaya diri setelah melihat kehebatan dan kreativitas Vishnu dengan DDR juga pujian yang tidak main-main dari juri. Ia pun memilih cara licik—mencuri koreografi DDR untuk final lewat salah satu anggota DDR yang berkhianat.

Dan sayangnya, tim DDR baru tahu bahwa koreografi mereka dicuri saat acara berlangsung. Mereka pun panik, bagaimana mereka bisa menciptakan koreografi baru dalam waktu yang amat sangat singkat?
Bagaimana cara mereka survive di babak final?
Apa dan bagaimana tarian yang mereka suguhkan demi mendapatkan hati juri dan masyarakat?

Yang jelas, perjuangan dan kerja keras mereka terbayar di final.
Ah ya, menurutku pesan yang ingin mereka sampaikan dalam ini sudah tergambar dengan baik dari jalan cerita yang kupaparkan di atas.
Selain terus berjuang dan tidak menyerah meskipun banyak hambatan yang menghadang, juga tak lupa untuk menyertakan hati dan jiwa untuk apapun yang kita kerjakan. Meraih mimpi dengan kerja keras, kejujuran, dan sepenuh hati, karena yakinlah semua yang datang dari hati, akan menyentuh hati.

Yup, berlaku untuk apapun yang kita kerjakan, tidak hanya dalam menari.

Kekurangan dalam film ini? Mmh, banyak kritikus yang mengatakan gestur para pemain saat berdialog tidak seluwes saat mereka dance. Menurutku itu termaafkan sekali mengingat para pemain adalah dancer, bukan aktor.

Cukup nikmati aja karena Anybody Can Dance adalah film yang menarik dan menyenangkan, apalagi buat kalian penyuka dance.
8,5 dari 10 bintang.

[TOP 25] Lagu India Paling asyik buat dance

Namasteeey >.<

seperti yang telah kita ketahui, film Bollywood seringkali diramaikan oleh tari-tarian dan nyanyi-nyanyian—walau film India sekarang sudah banyak yang menghilangkan.

Berikut ini aku kasih daftar lagu India dari film Bollywood yang musiknya bikin kita refleks bergoyang hahaha >.<

atau mungkin ada yang sedang mencari lagu India buat kompetisi dance atau cuma buat artikel? semoga ini bisa menjadi referensi yang baik ya >.<

urutan nomornya berdasarkan penilaianku aja, subjektif sih, tapi semoga gak mengecewakan >.<

 

Yang mana favorit kalian? Boleh share.

  1. Senorita – zindagi na Milegi Dobara

  1. Chand Sifarish – Fanaa

 

  1. One two three four – Chennai Express

  1. Jai Ho – Slumdog Millionaire

  1. Duhai Hai – Anybody can dance

anyway, ini tentang kompetisis dance. inspiratif banget >.<

  1. Masha Allah – Ek Tha Tiger

 

  1. Oh My Darling – Mujshe Dosti Karoge

  1. Bang Bang – Bang Bang

  1. Dola Re Dola – Devdas

  1. Koi Mil Gaya – Kuch Kuch Hota Hai

  1. Yeh Ishq Hai – Jab We Met

  1. Nagada sang dol – Goliyon Ki Rasleela Ramleela

  1. Chaya Chaya – Dil Se

  1. Le Gaaye – Dil To Pagal Hai

  1. Ankhein Khulli – Mohabbatein

  1. Bole Chudiyan – Kabhi Khushi Kabhie Gham

  1. Kali Nagin – Mann

  1. Dhoom dhoom chak – Dil to pagal Hai

  1. Sheila Ki Jawaani – Teez Mar Khan

6. Ishq shava – Jab Tak Hai jaan

  1. Chance Pe Dance – Rab Ne Bana di Jodi

  1. Chikni Chameli – Agneepath

  1. Badtameez Dil – Yeh Jawaani Hai Deewani

  1. Dhoom Machale Dhoom – Dhoom 3

 

  1. Chammak chalo – Ra.one

 

bb

Resensi Film : Bajrangi Bhaijaan

Cast : Salman Khan, Nawazuddin Shiddiqui, Harshaali Malhotra, Kareena Kapoor-Khan, etc

Director : Kabir Khan

 

Sineas Bollywood berulang kali menjadikan Perang antara negara Pakistan dan India sebagai latar belakang film mereka. di masa lalu, Pakistan dan India terlibat pertikaian, salah satu yang paling berpengaruh pada sejarah adalah peristiwa perebutan lembah Kashmir—Pakistan berhasil merebut 1/3 Kashmir dari India.

Meskipun konflik itu terjadi di masa lampau, ketegangan masih saja sering terjadi antara Pakistan dan India hingga kini.

Bajrangi Bhaijaan tidak mengangkat isu pertikaian itu. justru film ini memiliki pesan yang sangat mulia—perdamaian.

Bajrangi Bhaijaan digawangi oleh Salman Khan, superstar Bollywood yang sangat dicintai warga India karena reputasinya yang sangat baik—most loved superstar. Ia tak hanya berperan sebagai tokoh utama dengan karakter yang lovable, tetapi juga memproduserinya.

 

Cerita diawali dengan landskap Kashmir yang menakjubkan, lalu kita akan menemukan sebuah keluarga kecil di sana.  Bocah Pakistan, Shahida (diperankan oleh si cantik imut Harshaali Malhotra) terjatuh ke jurang. Ia selamat. Namun, peristiwa itu membuat keluarganya sangat khawatir lalu menyarankan sang ibu (Meher Vij) untuk membawanya berobat ke Delhi, India agar peristiwa serupa tak terjadi lagi.

Shahida tidak bisa bicara, itu masalahnya. Ia bisa mendengar, namun di usianya yang sudah memasuki ke-6 tahun, ia tak bisa bicara.

Saat berangkat ke Delhi menggunakan kereta, Shahida turun dari kereta saat kereta berhenti untuk menyelamatkan seekor Kambing kecil yang terjebak di lubang. Kereta berjalan, Shahida tertinggal. Alhasil, ia tersesat di India.

Di Kuruksetra, India, ia bertemu dengan pemuda baik hati dan hangat, Pawan Kumar Chaturvedi (Salman Khan). Dari namanya saja kita akan mengetahui bahwa ia adalah penganut Hindu yang sangat taat, dan pemuja setia Bajrangbali (dewa Hindu). Sangat polos dan lurus.

Karena auranya yang sangat baik, Shahida pun menyukai Pawan. Pawan membelikan ia yang kehausan dan kelaparan itu makanan enak, lalu bertanya sedikit hal tentang Shahida. Karena Shahida tak menjawabnya sama sekali, ia kebingungan lalu memilih meninggalkan Shahida.

Namun tatapan penuh harap Shahida membuatnya tak tega meninggalkannya begitu saja, lalu ia membawanya ke kantor polisi. Yah tipikal film India, di mana polisi tidak begitu bisa diandalkan, sehingga ia membawa Shahida ke rumahnya. Karena ketidakmampuan Shahida berkomunikasi, ia tidak tahu nama Shahida, darimana asalnya, dan siapa orangtuanya.

Ia bersama kekasihnya (Kareena Kapoor-Khan) pelan-pelan mengetahui seluk beluk Shahida dari polah-polah naturalnya, seperti Shahida yang memilih makan bersama tetangga Pawan yang Muslim, dan tidak mau beribadah di depan Bajrangbali dan memilih beribadah di masjid. Dari sini, mulai terkuak bahwa Munni—panggilan sayang dari Pawan—adalah seorang muslim. Semakin jelas dugaan Pawan ketika mereka menonton pertandingan kriket di televisi, lalu si Munni justru mendukung lawan India, Pakistan.

Namun, Ayah Pawan rupanya sangat keras dan berprinsip, mengetahui Munni orang Pakistan, ia meminta Pawan tidak perlu mengurusinya lagi dan mengusirnya dari rumah. Pawan bimbang. Ia membawa Munni ke kedutaan besar Pakistan, tetapi saat itu tengah terjadi demo besar sehingga mengakibatkan visa ke Pakistan dibekukan sementara.

Atas saran sang Ayah, ia  membawa Munni ke sebuah agen travel, menitipkannya untuk diantarkan ke Pakistan, namun Munni malah hendak dijual.

Pawan marah dan memukuli orang-orang yang ingin menjual Munni, lalu ia memutuskan untuk mengantarkan Munni ke Pakistan. Masalahnya, India sedang tidak menyediakan paspor ke Pakistan.

Pawan tidak menyerah begitu saja. Ia memutuskan untuk mengantarkan Munni ke Pakistan melalui lembah Kashmir, melewati ‘jalan tikus’.

Yup, perjalanan Pawan ke Pakistan merupakan ilegal, tetapi di perbatasan, ia jujur kepada polisi penjaga bahwa ia bukan mata-mata, bukan pula seorang penjahat, melainkan hanya ingin mengantarkan Munni kembali ke rumah orangtuanya. Tentu saja ia dianggap melanggar hukum sehingga ia tetap menerima sanksi.

Tetapi kejujuran dan kepolosannya mampu meluluhkan hati orang-orang sehingga ia diizinkan menempuh perjalanan ke Pakistan meskipun tanpa surat-surat resmi seperti paspor.

Tentu saja, perjalanannya ke Pakistan menemui banyak kendala, apalagi ia tidak tahu di mana kampung halaman Munni. Tak hanya itu, sesampainya di kota di Pakistan, ia malah dicurigai sebagai agen spionase sehingga ia ditahan polisi setempat.

Gerak-gerik Pawan pun mengundang perhatian dari wartawan amatiran, Chand Nawab Chawada (Nawazuddin Shiddiqui) bersama kameramennya Kamil Yousef. (Anyway, sejak kemunculan Chand Nawab, film jadi berasa lebih kocak, hahaha)

Di kantor polisi, Pawan marah besar hingga berkelahi ketika polisi dengan kasar menyuruh Munni untuk bicara, lalu ia berhasil melarikan diri. Chand Nawab, diminta polisi memata-matainya. Namun, ketika mengetahui niat mulia Pawan, Chand Nawab justru berbalik arah mendukungnya.

Petualangan keduanya melarikan diri dari polisi Pakistan demi menemukan kampung halaman Shahida pun sangat menarik untuk disimak.

Bagaimana akhir dari perjalanan berliku Pawan bersama Chand Nawab mengantarkan si gadis Pakistan kembali ke dekapan ibunya?

 

Film ini sangat menyentuh, kocak, dan alurnya pun sangat menyenangkan untuk disimak.

Seperti Salman Khan, film ini sangat lovable. Diawal-awal kita ikut bersedih karena nasib Shahida yang terpisah dari orangtuanya, lalu kemudian terbawa romantisme Pawan dan kekasihnya (meskipun tak mendapat porsi yang banyak). Di pertengahan kita akan terbawa ketegangan mengikuti petualangan Pawan beserta Munni menghadapi kendala-kendala, lalu terbahak-bahak karena kejadian-kejadian lucu dan konyol Pawan dengan Chand Nawab.

Bahkan adegan polisi berlari pun terlihat sangat lucu, hahahah >.<

Banyak dialog dan adegan yang membuat kita terpingkal, salah satunya Pawan dan Chand yang menyamar menjadi wanita bercadar, diantarkan seorang ustadz lalu orang-orang mengira mereka adalah istri-istri poligami ustadz, hahahaha xD. Dan jangan lewatkan Chand yang mengaku suami Pawan yang bercadar lalu mengaku-ngaku menantu seorang kakek-kakek yang cerewet parah untuk mengelabui polisi, hahahaha xD.

 

Kupikir, film ini berhasil menyampaikan pesan yang sejuk, bahwa seorang penganut Hindu taat pemuja Bajrangbali saja begitu baik hati dan tulus membantu gadis muslim Pakistan, hingga mengorbankan nyawanya. Siapa saja bisa berbuat baik kepada saja, tak perlu melihat apa agama yang dianutnya.

Pantaslah ia disebut Bajrangi (sebutan penganut Hindu taat) Bhaijaan (sebutan muslim untuk saudara tersayang).

Karena ceritanya yang sangat menyentuh hati dan mulia dengan pesan kedamaiannya, kurasa Bajrangi Bhaijaan sangat layak dinobatkan menjadi Best Film 2015 mengalahkan film-film terbaik lainnya. Baik dalam teknik penceritaan, cerita yang sangat bagus dan mengharukan, merupakan tontonan yang asyik pula, plus jumlah penonton yang sangat memuaskan >.<

Ah, jangan lupakan musiknya yang kereeen >.<

Dan adegan favoritku—sampai nangis saking harunya—saat Shahida akhirnya sampai ke rumahnya, berlari-lari kecil menemui ibunya, lalu disaat bersamaan Pawan mendapatkan tembakan dari polisi.

Jangan sampai gak nontoooon!!! >.<

Cari link download-nya DI SINI

 

 

 

images-2[1]

Cast : Priyanka Chopra, Ranveer Singh, Anil Kapoor, etc.

Director : Reema Akhtar

 

Menurutku ini adalah film Bollywood 2015 terasyik. Seruuu >.<

2 jam 53 menit rasanya terlalu singkat, dan kurasa aku bakalan betaaah banget nontonnya walau ini film durasinya sampai 10 jam >.<

Karena asyik banget buat diikuti >.<

Alur cerita berjalan apa adanya, ngaliiir banget, paaas banget, dan berasa real menggambarkan kehidupan nyata keluarga modern.

Dil Dhadakne Do bercerita tentang keluarga Kamal Mehra (Anil Kapoor), seorang pengusaha sukses yang sangat ambisius dan tangguh dan Istrinya, Neelam Mehra, yang merayakan ulang tahun pernikahan ke-30 dengan mengundang kerabat dan rekan-rekan bisnis berlayar menggunakan kapal pesiar mewah.

Ayesha Mehra (Priyanka Chopra) putri sulung mereka lah yang memiliki ide dan rencana merayakan ultah pernikahan itu, tetapi dia sedih karena namanya justru tidak tertera di undangan—karena dia sudah menikah dan dianggap telah menjadi bagian keluarga suaminya. ayesha juga wanita karier yang sukses menjadi pengusaha, bersuamikan seorang pengusaha pula.

 

Mungkin ini hanya hal kecil, tetapi sejak inilah kita akan tahu bahwa, ah keluarga ini memiliki problem pada keharmonisan.

 

Berbeda dengan adiknya, Kabir Mehra (Ranveer Singh) yang seharusnya menjadi penerus sang ayah untuk menjalankan bisnis, tetapi tidak memiliki kemampuan seorang pebisnis. Itu membuatnya frustasi dan ingin menggeluti hobinya saja—menerbangkan pesawat.

Dan uniknya, narasi saat mengenalkan keluarga ini dilakukan oleh seekor anjing, Pluto Mehra (disuarakan dengan baik oleh Aamir Khan).

Film ini seru karena tak hanya menceritakan problematika keluarga Mehra yang rumit, tetapi dalam perjalanan mereka berlayar merayakan ultah pernikahan juga dipaparkan dengan apik bagaimana hubungan mereka dengan rekan bisnis (demi kepentingan bisnis mereka sendiri-sendiri), teman-teman Neelam yang suka bergosip, hubungan Ayesha dengan suaminya yang kelihatannya sempurna tetapi sebenarnya tidak bahagia, Kabir yang dijodohkan dengan Noorie, putri Sood, calon rekan bisnis Kamal demi keuntungan perusahaan, juga hubungan Ayesha dengan cinta masa lalunya, Sunny Gill.

Dan terutama… hubungan suami istri Kamal dan Neelam yang sesungguhnya tidak harmonis, selalu diisi pertengkaran tetapi berlagak seperti pasangan ideal dan romantis di hari ulang tahun pernikahannya. Yup, penuh kepura-puraan. Tak hanya pada mereka, kepura-puraan itu terlihat pula pada keluarga Sood dan Khanna yang bermusuhan tetapi berbagi senyum ketika bertemu, dan semakin ironis ketika putra dan putri keduanya ternyata saling suka.

Banyak hal menarik di film ini. kabir ternyata menyukai seorang penari penghibur di kapal bernama Farah Ali (si cantik mulus Anushka Sharma). Kabir tahu dia dimanfaatkan sang ayah demi bisnis sehingga dia menyetujui rencana ayahnya menjodohkannya dengan Noorie Sood, tetapi diam-diam menjalin hubungan dengan Farah.

Bagaimana pun, ide ini memancing banyak sekali kesalahpahaman. Mulai dari Ayesha yang tidak setuju dengan perjodohan itu karena dia merasa dia sendiri adalah korban perjodohan, dan tidak ingin Kabir mendapatkan derita serupa—Ayesha tidak bahagia dengan pernikahannya.

Noorie terpaksa mengikuti skenario Kabir dengan mengarang cerita berkencan dengan Kabir setiap malam di kamarnya—sebenarnya dia bersama Rana Khanna. Dan Farah yang terlanjur percaya pada cinta Kabir terhadapnya, merasa kecewa Kabir dijodohkan dengan Noorie tanpa tahu bahwa perjodohan itu tidak benar-benar dilakukan.

Masalahnya, Kabir benar-benar jatuh cinta pada Farah. Ketika dia ingin membujuk Farah, dia sudah tak lagi menemukan Farah di kamarnya. Farah dipecat karena dia melanggar aturan—yang tidak boleh memiliki hubungan dengan tamu kapal.

Farah sudah turun dari kapal, dan sayangnya Kabir terlambat mencegahnya.

Kabir panik, tak ingin kehilangan Farah, lalu apa yang akan dilakukan oleh Kabir?

Yang jelas, apa yang dia lakukan kemudian mampu mengembalikan kehangatan keluarga ini, dan kita menemukan ending yang bahagia >.<.

 

Selain kisah cinta Kabir-Farah, kisah cinta Ayesha dengan cinta masa lalunya, Sunny Gill pun sangat menyenangkan untuk diikuti >.<

Apalagi Ayesha telah jujur pada suaminya bahwa dia tidak bahagia bersamanya dan ingin bercerai. Akankah Ayesha bersatu dengan cinta masa lalunya yang pernah pergi meninggalkannya ke luar negeri demi impian—sebenarnya demi Ayesha juga >.<.

 

Aaaaahhhh, Mbak Reema, Mas Farhan, pleaseee bikin film kayak gini lagiii >.<

Tak seperti kebanyakan film India lain yang khas dengan adegan dramatis, Dil Dhadakne Do berjalan apa adanya, dan asyiiik banget buat diikuti. Akting para pemainnya natural, adegan-adegannya pun terasa dekat sekali dengan dunia real. Tidak ada yang berlebihan, rasanya. Dialog-dialog bikinan Om Farhan Akhtar juga terasa nyeeeesss dan keren seperti film-film dia sebelumnya.

Dan yang aku suka… chemistry Priyanka Chopra dengan Ranveer Singh sebagai kakak adek >.<

Biasanya chemistry kan pada karakter yang berpasangan >.<

Seneng lah lihatnya >.<

Jangan terpancing oleh rating di Imdb ya, itu kerendahan buat film sebagus ini.

Very High recommended!

 

 

 

 

Resensi Film : Dilwale (2015) + Link Download

Dilwale.jpg

 

Resensi film : Dilwale (2015)

Cast : Shah Rukh Khan, Kajol, Varun Dhawan, Kriti Shanon

Director : Rohit Shetty

 

Film ini jelas sangat menarik perhatian calon pengunjung bioskop, punya nilai jual yang sangat tinggi.

Dibintangi oleh superstar nomor 1 India, King Khan, disebut-sebut sebagai film reunian SRK-Kajol setelah film superhits yang tayang di bioskop India sejak 1995 hingga sekarang, Dilwale Dulhania Le Jayenge, yang memasuki ulang tahun ke-20. Lagunya yang rilis beberapa bulan sebelum filmnya resmi tayang didendangkan oleh Arijit Singh, penyanyi playback yang sangat populer berkat lagu Tum Hi Ho dari Aashiqui 2. Video musik Gerua, mengingatkan kita dengan Suraj Hua Madam dari film Kabhi Kushi Kabhie Gham dengan efek visual dahsyat kekinian tetapi dengan adegan basi yang menggelikan (seperti lari-larian dalam tempo lambat), disebut sebagai musik video termahal yang pernah ada. Belum lagi triler film yang terkesan ‘sangat film’, membuat film ini terlihat sangat WAH. WUAHHH.

Film ini sendiri mendapatkan penghasilan sebanyak 21 crore di hari pertamanya, menandakan bahwa promosi mereka sangat sukses. Dan tidak banyak film India yang mendapatkan layar di jaringan bioskop Indonesia, beruntung lah kita bisa menyaksikannya di sini.

Sayangnya ketika menengok situs film IMDB, kita akan banyak menemukan kekecewaan dari kritikus dan reviewer—jika kalian perhatikan angka 1 mendominasi rating.

Awalnya, aku pun terkejut ketika melihat banyaknya angka 1. Apa kritikus terlalu kejam? Apa ekspektasi mereka terlalu tinggi hingga mudah kecewa (seperti yang terjadi pada film Dil Dhadakne Do, mendapat rating rendah tapi ternyata filmnya fine dan malah bagus sekali).

Karena penasaran, aku menontonnya, daaan…

Aku mengerti mengapa penonton memberi rating film ini dengan angka yang menyedihkan 0.0.

Film ini diawali dengan adegan Raj (Shah Rukh Khan) di tengah pertarungan lalu mendapatkan luka tembak di dada, lalu terbangun dari tidurnya. Itu bukanlah mimpi semata, tetapi merupakan kejadian 15 tahun yang lalu.

Apa yang terjadi di masa lalunya?

Raj memiliki seorang adik bernama Veer (Varun Dhawan) yang bandel dan suka menguji nyali menggunakan mobilnya (maunya bikin adegan pamer kekerenan yang jatuhnya jadi maksa –-). Veer bertemu dengan Ashita (Kriti Shanon), yang dia panggil Shu (bagaimana ceritanya dia dipanggil Shu shu, lihat sendiri, yang terkesan maksa lagi –-) saat motor Ashita mogok dan dia mencari tumpangan lalu bertemu Veer.

Sejak diperkenalkannya Veer, film ini mulai kehilangan arah (baru mulai sudah kehilangan arah, gimana sih aku -_-a). Film yang diawali dengan adegan action dramatis berubah atmosfer menjadi komedi yang kocak tapi gak bikin ketawa. Veer bertemu lagi dengan Ashita saat Ashita datang ke bengkelnya untuk membetulkan motor, dan sejak inilah hubungan mereka semakin dekat.

Veer lalu berkelahi di sebuah hiburan malam lalu dia mendapat luka serius karena serangan musuh bebuyutan sang kakak. Tahu adiknya diserang musuh, Raj membalaskan dendamnya, dan sejak inilah kita akan melihat lebih banyak adegan perkelahian,  menguak kembali apa yang terjadi 15 tahun yang lalu di Bulgaria. Ya, Bulgaria (kenapa Bulgaria? Karena pertarungan balap-balapan mobil ala ala agen dan mafia agak gak cocok dengan tradisi orang India, jadi dibikinlah settingnya di luar negeri, mengerti? -_-).

Di Bulgaria, 15 tahun yang lalu, Raj yang putra bos mafia bertemu dengan Mira (Kajol) saat menolong Mira yang terjatuh di jalan karena kecelakaan kecil. keduanya lalu bertemu lagi di jalan, dan menjadi dekat. Banyak adegan romantis keduanya saat bersama (eh gak romantis-romantis banget sih, sepertinya benar keduanya terlibat perang dingin di dunia nyata sehingga chemistry-nya maksa. Maksa lagi -_-).

Semakin dekat Raj, yang saat itu dipanggil Khali, dengan Mira, semakin jatuh cinta lah dia pada Mira, tetapi kemudian Mira membongkar jati dirinya.

Mira adalah putri dari musuh ayah Raj, yang mendapat misi untuk menghancurkan Raj.

Yup, Raj dan Mira sejatinya adalah musuh. Raj pun terluka parah karena ‘pengkhianatan’ Mira.

Tetapi Raj merasa bahwa cintanya tulus kepada Mira, sehingga alih-alih balas dendam, dia malah menyelamatkan Mira yang nyaris jatuh ke jurang. Ketulusan Raj mengetuk hati Mira. Dia meminta maaf pada Raj dengan menemuinya ke rumah, namun ditolak Raj. Mira membuktikan bahwa permintaan maafnya tulus dengan terus menunggu di depan rumah walaupun kehujanan (really, film wah dengan adegan basi –-). Raj kasian dan menemuinya dengan membawa payung, lalu Raj melemparkan payung, hujan-hujanan sambil memeluk Mira pertanda dia telah memaafkan ( hmm –-).

Nah sayangnya kisah cinta mereka tidak mendapat dukungan dari Ayah Mira, sehingga terjadilah pertarungan sengit antara Ayah Raj dan Ayah Mira di rumah Mira. Kedua ayah saling menembak satu sama lain hingga tewas, dan sialnya saat Mira melihat adegan itu, pistol berada di tangan Raj. Mira mengira Raj-lah yang membunuh Ayahnya, lalu dia pun menembak Raj.

Setelah peristiwa itu, keduanya terpisah.

Dan ingat, Dilwale adalah kisah cinta Raj dan Mira, hingga 15 tahun kemudian keduanya bertemu lagi, dengan kebetulan yang sangat kebetulan.

Mira ternyata kakak dari Ashita yang dicintai adik Raj 0.0.

 

Sudah ya, jalan ceritanya sampai bagian ini saja 0.0.

 

Jika digambarkan dengan satu kata, film ini menggelikan, wkwkwkw 0.0 (bahkan aku yang pecinta film Bollywood aja bilang menggelikan, gimana yang ilfil duluan 0.0). Adegan romantisnya agak kekanakkan (seperti yang kuceritakan di atas), kurang dewasa dan tidak sesuai dengan wajah pemainnya –-. Mari bicara kenyataan, SRK sudah 50 tahun, dan Kajol 41 tahun, meskipun SRK sudah diberi poni agar kelihatan muda, dia tetaplah pria dewasa yang kalau di Indonesia mungkin sudah menjadi kakek-kakek –-. Dia tidak lagi sesuai memerankan seorang lover, dengan adegan romantis kocak ala remaja -_- (SRK di Dilwale Dulhania Le Jayenge dan SRK di Dilwale berjarak 20 tahun loh).

Film yang komersil (kualitas nomor sekian yang penting laku di pasaran) biasanya menambahkan adegan komedi dan kelucuan demi mengundang tawa—tidak hanya action-romance—dan  di sinilah peran Johnny Lever, komedian yang kerapkali muncul di film-film SRK lain. tetapi Johnny Lever pun seperti kehilangan kelucuannya. Varun Dhawan yang tampan sudah mencoba terlihat kocak, tetapi hanya mampu membuat tersenyum kilat.

Alhasil, romance-nya gak dapet, action-nya nanggung, komedinya pun ngambang sehingga ketiga unsur itu gak bisa saling mengisi satu sama lain, gagal menjadikan film ini sebagai film yang asyik untuk disimak. Apa kekuatan film ini? ceritanya mediocre—sudah banyak diangkat di film-film lain. core atau backsound pun selalu dibuat berlebihan—maunya biar adegan romantis pada kisah cinta atau kocaknya pada adegan komedi atau serunya perkelahian menjadi lebih hidup dan dramatis, tetapi gagal menutup kekurangan ruh pada adegan, malah membuat kekurangan lebih nampak.

Dilwale dipoles sedemikian WUUAAAH, mahal, dan fiiiilemmm baaangeeeet (lihat adegan lari SRK di awal atau perkelahian Varun), seperti wajah yang terlalu banyak make up sehingga tidak lagi natural dan dibuat-buat.

Terlalu digembar-gemborkan, overrated.

Aku gak percaya superstar nomor 1 Bollywood bisa bermain di film seperti ini -_-

Pada dasarnya SRK, Kajol dan lainnya adalah aktor dan aktris yang hebat tetapi akting mereka terlihat menggelikan karena cerita yang…. ah, sudahlah -_-

Tapi aku suka lagu-lagunya, sungguh >.<

Note : aku sering mendengar orang-orang gak menyukai film India karena lebay dan nyanyi-nyanyiannya yang euwww… dan aku berharap mereka tidak ilfil lagi dengan film India karena film ini. percayalah, film India sekarang tidak semuanya seperti ini -_-

download filmnya Di sini

talent pop teens

Episode #1 Talent Pop Teens

Lokasi Water Zone. Tepi Danau Blue Lake. Taman Wisata Greenara. Rabu. Pukul 9.00 WIB

—On Screen—

 

Syuting episode perdana Talent Pop Teens resmi dimulai!

Untuk episode pertama dan kedua ini, mereka akan syuting di Taman Wisata Greenara, tempat wisata populer yang terletak di Bogor, Jawa Barat. Taman seluas hampir 300 hektar yang dijadikan sebagai sarana konservasi, reboisasi, edukasi dan rekreasi.

Sebagai opening, tim produksi memutuskan syuting dilakukan di pinggir Danau Blue Lake yang terletak di area Barat Greenara.

2 kameramen utama plus 1 kameramen pribadi sang Presenter, sudah siap dengan kameranya. Program Director atau PD sudah stay di kursi lipat khasnya. Director? Sutradara? Ya tetap ada sutradara meski tak ada script. Semua acara tetap butuh pengarahan, bukan? Kalau tidak, mungkin para kru menjadi tidak disiplin. Durasi akan kacau dan melebar kemana-mana, lantas memusingkan semua orang yang terlibat. Tapi tentu saja, hanya sebatas itu andil sutradara berkepala plontos ini.

Talent Pop Teens haruslah tetap menjadi reality show!

Beberapa tim kreatif sibuk mengecek lembaran kertas di tangan. Semua kru hiruk pikuk dengan tugasnya masing-masing. Pemandangan pagi danau Greenara yang indah pun tak luput dari sorotan awak kamera. Memang sang Matahari tidak bersinar memantulkan cahaya, tapi view-nya tetap terlihat mengagumkan. Lanskap keindahan alam yang menciptakan rasa damai. Belum lagi udara sepoi-sepoi yang menyisakan rasa dingin dan menyejukkan tubuh. Suasana yang menenangkan. Back to nature!

Sang MC, Kak Indra sudah siap dengan microphonenya. Memang belum ada peserta yang datang, tapi pria bertubuh sedang itu pun ikut gugup karena ini syuting perdana. Sang sutradara, Mas Rully memberitahu Kak Indra agar segera saja memulai obrolan.

Plek! Seorang kru menutup papan slate pertanda syuting resmi dimulai!

“Selamat pagi!” Kak Indra, MC berkacamata tebal dan berkulit gelap bersih ini menundukkan tubuh menyapa pemirsa lewat kamera. Kemudian menegakkan tubuhnya kembali, dan menyapa lagi. “Good morning, ohayoo gozaimasu, joheun achimeyo, goede morgen, buongiorno…” Dia menyapa dengan Bahasa Inggris, Jepang, Korea, Belanda dan Italia. Menunduk, tegak, menunduk, lalu tegak lagi.

Dia mengerutkan dahi seperti berpikir. “Oh, Sabaah al khayr, sugeng enjing, rahajeng semeng… selamat encok. Aaahhh!” Kak Indra memegangi pinggangnya. “Sudah ya. Kalau saya menyapa dengan kalian dengan seribu Bahasa, pinggang saya bisa encok,” keluhnya dengan wajah konyol. Tingkahnya menjadi tertawaan para kru.

“Oke, seperti yang kalian lihat sekarang, saya sedang berada di tempat yang… uhm, so beautiful, so gorgeus, sangat menakjubkan. Lihat, di sebelah sana ada danau…,” dia menunjuk sisi kirinya, meminta kameramen menghadapkan kamera ke sana. “…sedangkan di tempat lain kita akan menemukan tempat indah lainnya yang… hmmm, mungkin membuat kalian jadi tertarik kesini untuk menemani saya, ehemmm.” Kak Indra membenarkan dasi yang menggantung di balik kerahnya. Pria single berusia 30 tahunan itu tampak lebih muda dengan kemeja putihnya.

“Ya, kita sedang berada di Taman Wisata Greenara, Green-gorgeus Tourism Park, tempat wisata andalan untuk keluarga. Ada banyak hal yang bisa kalian temukan di sini. Ada ribuan varietas tanaman, aneka jenis kebun buah, kebun sayur, persawahan, tanaman bunga, dan ada wahana bermain yang lengkap juga. Selain itu ada Fams Garden, tempat belanja buah dan souvenir, outbond, off road dengan ATV, paintball, dan wisata air. Ahhh, terlalu banyak hal menarik di sini!” bebernya.

“Ya, seharusnya sekarang saya sudah bersama 10 finalis… 10 peserta reality-variety-games-talent show yang cetarrr membahana badai tornado… Talent Pop Teens. Yeaahhhh!” Prok, prok, prok. Dia mengajak para kru untuk ikut bertepuk tangan memeriahkan suasana yang agak sepi.

Ya, karena ini masih pagi, plus bukan akhir pekan—Rabu, jadi belum ada pengunjung yang terlihat wara-wiri di sekitar. Paling beberapa orang, itu pun petugas dari Taman ini sendiri.

“Jika kalian tengah liburan, Taman Wisata Greenara mungkin bisa menjadi tujuan yang tepat. Di sini kalian bisa refreshing menikmati fasilitas hiburan seperti outbond bersama keluarga. Menghilangkan kejenuhan dari padatnya aktivitas yang seperti “memenjarakan” kalian. Kalian bebas bersenang-senang. Mungkin mencoba paket perjalanan untuk keluarga, Green-fams Tour, dan tour lainnya yang bisa kalian cari tahu dengan mendatangi langsung tempat ini. Atau mencoba permainan air seperti Floating DonutCanoeingBanana Boat, Becak Air, Water Bike yang bisa kalian temukan di danau samping saya ini.” Dia merentangkan tangan kirinya, menunjuk bentangan air yang terlihat tenang dan jernih.

“Selain itu, taman wisata ini juga bisa menjadi sarana edukasi. Liburan, sekaligus belajar. Kalian bisa berjalan-jalan ke kebun buah Salak, Belimbing, Lengkeng, dan sebagainya.” Dia terus mendeskripsikan tempat wisata yang mensponsori acara ini. Tak lengkap rasanya jika hanya memakai fasilitas tanpa mempromosikannya.

“Tapi, saya tidak akan mengenalkan cara bercocok tanam pada kalian. Saya bahkan tidak tahu bagaimana caranya mencangkul karena saya pernah mencangkul kaki saya sendiri. Jadi, saya akan mengenalkan para peserta saja,”  guraunya yang membuat kru terhibur.

“Oh, oh, oh!” Kak Indra kaget mendengar langkah kaki cepat di belakangnya. Segera saja dia menoleh. “Pemirsa Talent Pop Teens, sepertinya peserta pertama sudah muncul. Mari kita sambuuuut….”

Prok, prok, prok! Kru bertepuk tangan riuh dengan kehadiran peserta. Cowok muda itu berlari kecil ke arah Kak Indra.

“Oh, joheun achimeyo, joheun achimeyo.” Kak Indra menyapanya dengan Bahasa Korea.

“Hah? Apa?” Tapi remaja berpostur 180 cm dan 63 kilo itu melongo tak mengerti. Dia berdiri di samping Kak Indra dan ekspresi heran.

“Wajah kamu itu loh… ke Korea-Koreaan sekali. Apa kamu punya gen Korea? Engkongmu mungkin?”

“Oh!” Cowok ini tersenyum cool. Baru dia mengerti guyonan presenter humoris ini. “Gak ada darah Korea-nya sih. Cuma, banyak orang yang mengira gue keturunan Korea. Tapi, ganteng gue alami ya, bukan hasil operasi plastik, hehehe,” candanya. Tertawa memamerkan mata sipitnya yang innocent.

Kak Indra mengangguk-angguk. Sepertinya pemuda ini sudah memiliki mental selebriti. Dia sangat percaya diri. “Iya, tapi hasil operasi aluminium. Biar mukamu tahan panas kayak panci, palingan gosong.”

“Hahaha!” Cowok itu terpingkal saja dengan kelakaran Kak Indra.

“Katanya bukan orang Korea, kok aroma mulutmu bau Pasak Bumi?” Kak Indra meledeknya.

“Hahaha.” Cowok itu tak mengambil hati. “Yang khas Korea itu Ginseng, Kak Indra. Pasak Bumi apaan? Hahaha!” Dia ikut tertawa. “Oh ya, gue belum menyapa pemirsa, kan. Selamat pagiii,” cetusnya ramah menghadap kamera. Dia semakin tampan karena senyumnya.

“Oke, karena kamu datang paling awal, maka kamu hanya akan memakai ini.” Kak Indra memberikan baju pelampung merah pada cowok itu.

Peserta berjaket kulit keren ini mengamati pelampung dengan paras bertanya-tanya.

“Kamu masih ingat salah satu format acara ini? Games show! Ya, pelampung ini adalah peralatan untuk games sebentar lagi.”

Cowok ini mengernyitkan dahi. Games? Pelampung? Kemudian dia melirik ke sebelah kirinya. Oh, pasti permainan air. Sepertinya menyenangkan. Dia hobi berenang.

“Dan untuk memulai sesi pertama ini, silakan perkenalkan dirimu, walaupun semua orang mungkin sudah kenal.”

Cowok itu membenahi penampilannya yang sebenarnya sudah rapi itu sebelum beraksi di depan kamera. “Hai, gue Sehan Aditya, 17 tahun dari Jakarta.” Dia melambai dan tersenyum manis menghadap kamera utama.

“Hai, Sehaaaan.” Kak Indra berteriak-teriak ganjen seperti seorang fans cewek. “Aaa~, kamu ganteng sekaliiiii,” pekiknya sok gemas dan mencubiti pipi Sehan.

“Kekekek!” Sehan tertawa menutupi mulut dengan punggung tangannya. Sebelum Kak Indra, sebenarnya sudah banyak gadis betulan yang melakukan hal seperti ini. Dia sudah bisa mengantisipasinya. Teman-temannya juga memperlakukannya bak artis semenjak namanya muncul sebagai Trending Topic World Wide.

“Perkenalkan hobi, interest-mu terhadap sesuatu, cita-cita, motto hidup atau apa saja. Makanan favoritmu, pengalaman hidupmu. Misalnya kamu pernah masuk lubang galian di jalan, atau pernah dicocor Angsa, gitu. Deskripsikan dirimu juga keunikanmu. Itu kalau ada. Kalau tidak ada, sudah sana nyebur saja di danau,” lanjut Kak Indra.

“Hahahaha!” Sehan tertawa lantang mewakili para kru.

Kak Indra memang suka sekali bergurau. Perannya di acara ini sangat vital. Bukan hanya sebagai presenter, tapi juga mood-maker. Dia presenter yang handal. Tugas sutradara jadi terbantu karena improvisasinya.

“Oke!” Sehan mengerti. Dia berdiri tegak penuh percaya diri. Terlihat tampan dengan wajah oval, dagu lancip, hidung mancung, bibir tipis merah dan kulit putih mulusnya. Meski hanya mengenakan jaket, T-shirt dan jeans standar, dia tetap menakjubkan.

“Sekarang gue kelas 12 SMA jurusan Ilmu Sosial. Hobi gue bermain gitar. Dan… gue audisi juga dengan menunjukkan skill bergitar dan bernyanyi gue. Gue yakin, kalian yang sedang menyaksikan gue sekarang udah mengoleksi video audisi gue, hehehe. Atau minimal pernah menyaksikannya.”

“Ya, ya, ya.” Kak Indra mengangguk penuh kekaguman. Sehan sangat ganteng dan populer belakangan ini. Wajar dia over confident.

“Gue sangat tertarik sama akting dan film. Selain itu, gue juga berminat dengan presenting, karena gue mengagumi kemampuan berkomunikasi seorang MC. Dan gue berpikir… pekerjaan apapun sangat membutuhkan kecakapan berbahasa,” ungkapnya dengan nada tenang.

“Oh, kamu benar sekali, Sehan,” sambut Kak Indra sambil menaikkan kerah kemejanya. Dia merasa geer. “MC memang profesi yang sangat kere~!

“Hei, pengecualian untuk MC yang satu ini, hahahah,” potong Sehan hingga memancing tawa.

“Kamu ya!” Kak Indra menjitak kepala Sehan dengan nada bercanda. “Saya pikir kamu berbicara begitu karena terinspirasi oleh saya,” lantangnya pede.

“Kekeke. Dan… ekspektasi gue mengikuti acara ini…,” Sehan melanjutkan penuturannya. Dia tidak ingin perhatian itu teralih darinya walau hanya sesaat, “…karena gue pengen semua orang tahu bakat gue. Dan… ketika gue mengikuti sebuah kompetisi, tentu saja gue harus memenangkannya.”

“Good, good!” Kak Indra terkagum-kagum dengan pemikiran Sehan yang tergolong cerdas. Dan mungkin sedikit ambisius.

Pemuda berambut lurus dengan tatanan rambut berponi itu menambah panjang daftar kelebihannya. Sepertinya dia mengerti sekali dengan makna kompetisi.

“Hhh, hhh, hhh… aku telaaaaaaattt!!!”

Oh, semua mata refleks mencari sumber suara. Dari arah utara, seorang cewek berlari dengan napas terengah-engah. Dia berlari mendahului kameramen cewek yang kesusahan mengambil gambarnya.

“Aku telat berapa jam-hhh??? Terus aku dapat hukuman apa-hhh?” tanyanya ngos-ngosan pada Kak Indra. Dia memandangi paras kru satu persatu. “Oh, maaf, selamat pagi semuanyaaaa-hhh.”

“Oh, chausan, chausan.”

“WHAT?” Cewek ini terperangah tak mengerti apa yang diucapkan Kak Indra. “Apa itu kode buat shocked-games???” tanyanya sambil menggaruk-garuk kepala.

“Hahaha, shocked-games belum dimulai atuh, Neng,” balas Kak Indra dengan nada menekan lembut. “Tapiiii, sepertinya kalian takut sekali ya dengan shocked-games. Tenang saja, itu cuma shocked games, bukan Scary-games, atau Stroked-games yang bikin stroke. Jadi tidak ada games gali kuburan, makan melati, guling-guling sampai juling, atau naik paralayang menggunakan Becak Air.”

“Hahahaha!” Sehan dan peserta cewek itu terpingkal. “Lagian gimana ceritanya Paralayang pakai Becak Air? Lebih gak bisa bayangin kalau tiba-tiba mendarat, hahaha,” timpal Sehan.

Kak Indra pasang tampang lugu. “Kamu membayangkan korban Becak Udara dengan muka lecet ringsek mata melotot terkapar, tapi natapnya ke saya,” rutuknya. Sehan berhenti tertawa dan sedikit merasa bersalah.

“Oh ya, tadi itu maksudnya, selamat pagi versi Bahasa Hongkong. Habisnya kamu ngos-ngosan sekali, seperti berlari dari Hongkong saja. Memangnya kamu darimana, hah?”

“Oh, sebenarnya aku dari Medan, Kak Indra. Tapi, kemarin aku dan para kru menginap di hotel di Jakart~!”

Pletaaakkk! Kak Indra menjitak kepalanya dengan gemas. “Ergggh, Jakarta kan tidak jauh. Kenapa masih telat juga, hah?”

“Hahaha, cewek kan mesti beresin pakaian, dandan, dan lain-lain Kak Indra.”

Kak Indra mengerti. “Ya sudah, perkenalkan dirimu.”

Cewek itu mengangguk dengan ceria. “Hai, aku Melody, 17 tahun, kelas 11 SMA, dari Medan. Salam kenal semuanya!” Peserta berpipi tembem ini mengenalkan diri. “Saat audisi, aku menunjukkan hobiku bermain gitar plus nyanyi. Aku bercita-cita menjadi musisi yang bisa mengaransemen lagu sendiri. Katanya suaraku cenderung lembut, jadi lebih cocok di lagu ballad,” aku cewek berkulit kuning langsat dan bertinggi 155 cm ini. Dia tampak manis dengan rambut sepunggung dan poni yang menutupi alis.

Jika Sehan memiliki ciri khas wajah yang Ke-Korea-Koreaan, maka Melody di pipi tembemnya. Gadis ini bukan kontestan cewek yang diunggulkan. Videonya hanya dilihat sekitar 50.000 kali. Wajahnya pun tidak tergolong cantik karena bentuk mata dan hidungnya yang biasa. Namun, tentu saja dia terpilih karena talentanya.

“Karena kamu peserta kedua yang sampai, jadi kamu harus memakai ini.” Kak Indra memberikan baju pelampung warna kuning plus 3 daster lebar berwarna serupa. “Ini untuk kostum shocked-games.”

Melody menerimanya dengan heran. Matanya seolah berkata, untuk-apa-daster-ini?

“Karena games pertama itu di air, jadi kamu butuh pelampung biar tidak kelelep. Dan kamu harus melapisinya daster 3 rangkap itu.”

“Hahaha, jadi Cuma gue nih yang gak dapat hukuman norak kayak gitu? Hahaha, yeaaaahhhh!” Sehan mengacungkan tangan kegirangan.

Tapi Melody tidak keberatan. Lagipula, dia tahu reality dan variety show tidak akan seru jika tak ada lucu-lucuannya. Games ini memberikan sensasi sendiri untuk acara variety show. Tak apalah melakukan hal seperti ini sekali seumur hidup. Dia tidak se-histeris peserta-peserta berikutnya yang kelimpungan.

Chandra, peserta ketiga yang berasal dari Serang sampai ternganga lebar ketika memegang kostum untuknya. Pemuda berpostur 183 cm nan kurus jangkung ini mendapatkan pelampung berbentuk badan boneka Ondel-ondel!

“Astagaaa!” Dia mengurut-urut dada setelah selesai memakai kostum itu. Para kru tertawa lebar karena wajah gantengnya jadi terlihat konyol.

Kenapa pas sekali dengan ukuran tubuhnya yang tinggi???

“Hahaha, ini sama sekali tidak direncanakan loh ya. Ini memang ketentuan dari awal. Mungkin karena kamu memang ditakdirkan menjadi Ondel-ondel. Bahkan tanpa kostum ini pun kamu sudah mirip Ondel-ondel.”

“Hahahaha!” Ejekan Kak Indra pada Chandra disambut tertawaan.

“Dan untuk peserta ke-empat, juga kostum Ondel-ondel. Tapi Ondel-ondel cewek.”

“Yak! Jadi pasangan gue donk???” Chandra menengok ke belakang. Pemuda berhidung mancung dengan ukuran dahi sempit dan bentuk wajah yang imut ini ingin tahu, siapa Ondel-ondel cewek yang akan jadi pasangannya?

Dan… Tadaaaa! Seorang cowok berlari tergesa-gesa dengan menenteng gitar kesayangannya.

“HAHAHAHAHA!” Baru juga muncul, peserta ke-4 itu sudah mendapat ledekan.

“Hiyaaaah, jadi dia pasangan gue??? Maho donk gue!” Chandra menggaruk-garuk kepalanya. Meski sedikit malu, dia juga ikut tertawa.

“Pagi semuaaaa, pagiiii. Gue Ekky, gue Ekky. Sorry, gue baru datang!” Ekky, peserta ke-4 berkulit putih bersih itu tersenyum lebar, mengesankan kepribadiannya yang bright dan ceria.

“Hahaha, kalian nertawain gue???” tanya cowok bertinggi badan 173 cm sedikit kurus ini tanpa ada pikiran negatif. Tapi, dia penasaran juga dan memperhatikan penampilannya. T-shirt birunya baik-baik saja. Celana selututnya juga bersih. Apa wajahnya yang lucu? Cowok ini menekuk kedua pipinya dengan heran.

“Nih, lo meski makai ini, bray. Ondel-ondel cewek, hahahah,” ledek Sehan. Dia melemparkan kostum itu ke tubuh Ekky.

“Uwaduh!” Ekky si dagu lancip ini terkaget-kaget. “Ini mau syuting atau karnaval badut sih???”

“Hahahaha, sudah pakai saja!” suruh Kak Indra.

Ekky sempat malu. Namun saat memakainya, dia malah antusias dan ikut heboh. Terpingkal sendiri melihat tubuhnya yang gemuk seperti tante-tante. Dia mesem-mesem sok feminine dan melentikkan jari saat diharuskan mengenalkan diri bersama “pasangannya”.

“Gue kelas 12 SMA, dari Serang. Saat audisi, gue bermain bass, yo. Saat ini, gue sedang tertarik dengan rapping! Yo, yo, yo…” Chandra menggerak-gerakkan tangannya khas seorang rapper. “Summer time in the summer time… If I dont have you a smile but you always on my mind… yo, yo, yo!” Dia melantunkan lirik Rap Pandangan Pertama milik grup RAN.

Chandra dan Ekky juga kompak menggerak-gerakkan tubuhnya dengan kaku bak Ondel-ondel.

“Yo, yo, yo… gue Baihaqi, panggil gue Ekky, gue 18 tahun, kuliah semester pertama yo. Gue dari Jakarta, gue pengen jadi musisi yoo, dan gue cowok, yoooo. Cowok tulen yooo!”

“Hahahaha!” Kak Indra memukul pundak Ekky. Dia sangat terhibur dengan Ekky yang mengikuti gaya rap Chandra. “Yo yo yo, cowok tulen yooo… ondel-ondel tulen yooo, nongkrong di depan Monas yooo, bukan di Taman Lawang yooo, hahaha.”

Prok, prok, prok! Para kru tak henti-hentinya tertawa. Memang saat audisi, Chandra bernyanyi dan ngerap, sedang Ekky bernyanyi dan memainkan gitar, tapi ternyata mereka juga berbakat menjadi pelawak.

Sepertinya Talent Pop Teens akan menjadi acara talent search yang benar-benar menghibur karena keduanya.


Kemudian peserta berikutnya bermunculan dan tak lupa mengenalkan diri.

Peserta ke-5 adalah adalah Kinal, 16 tahun. Cewek berambut pendek yang memiliki mata yang menawan ketika tersenyum. Saat audisi, dia menunjukkan kelebihannya di dunia presenting. Di video itu dia pun bernyanyi, meski suaranya pas-pasan. Dia juga DJ di Radio SMA-nya. Menurut pengakuannya, dia sedang tertarik dengan rap seperti Chandra. Mungkin mereka bisa menjadi partner yang baik. Atau justru kompetitor tangguh? Kinal mendapatkan pelampung berbentuk tubuh Putri Duyung.

Peserta ke-6 Dio, 18 tahun, dari Jogjakarta. Dio bertubuh paling kecil dibanding peserta cowok lainnya. Dia memiliki mata belo, alis tebal, hidung sedang dan wajah bulat telur. Sekilas, tak ada yang spesial darinya. Tapi ketika dia sudah bernyanyi… hmm. Juri terkesima karena lantunan suara tingginya yang tak biasa. Videonya meraih view tertinggi ke-3 setelah Sehan dan Kay. Ya, Dio memang memiliki suara bercorak RnB yang khas dan bertenaga. Selain itu, dia juga tertarik pada dunia akting dan cooking. Ya, cooking! Menjadi selebriti chef juga salah satu obsesinya. Pembawaan dirinya terkesan kalem dan tertutup. Dia mendapatkan baju pelampung berbentuk jamur.

Peserta ke-7 adalah si pendiam bertubuh bongsor, Yuki, 16 tahun. Berkulit putih dan berpostur paling besar dibanding temannya yang rata-rata langsing. Dia mudah dikenali karena posturnya. Menurut rumor yang beredar, dia adalah putri seorang pemilik saham yang memiliki relasi khusus dengan produser pelaksana. Yeah, isu ‘orang dalam’ dan ‘titipan’ itu sempat menjadi bahan perbincangan hot. Di kolom komentar videonya, banyak yang heran kenapa Yuki bisa lolos. Menurut viewers, masih banyak remaja di video lain yang lebih bertalenta daripada Yuki. Itu karena kualitas vokalnya yang terbilang biasa. Tidak ada keistimewaan yang tampak di video itu. Kurang ekspresif. Bahkan ketika memakai baju pelampung berbentuk tubuh Doraemon, dia hanya tersenyum singkat dan tidak se-heboh peserta lain.

Peserta ke-8 adalah Lyn, 16 tahun. Berbeda dengan peserta sebelumnya yang tampak ramah, Lyn berparas judes. Dahinya sedikit lebar dengan rambut yang ditata ke belakang. Dia memiliki kemampuan bernyanyi yang mumpuni. Pernah ikut les vokal beberapa tahun. Bisa bermain piano. Gadis yang multitalenta. Bentuk tubuhnya sangat bagus dengan kaki jenjang meski tak begitu tinggi. Jika melihatnya pertama kali, yang terpikir dia adalah gadis yang angkuh. Konon, orangtuanya juga konglomerat. Dia juga bercerita soal pengalamannya tinggal di luar negeri, Amerika. Ketika disodorkan baju pelampung berbentuk tubuh kodok pun dia terang-terangan menunjukkan paras ketidaksukaan dan ketidaknyamanannya. Si jutek yang malas tersenyum dan berbasa-basi.

Peserta yang sepertinya bakal merepotkan. Dan mungkin kontroversial!


Aura yang dimunculkan Lyn sangat berbeda dengan peserta ke-9, Natasha, peserta cewek terakhir berambut panjang kepang dua dan berponi pagar. Sejak muncul di hadapan para kru, gadis ini selalu tersenyum susunan giginya yang kecil dan rapi.

“Halooo… Natasha, 16 tahun, dari Bandung. Pagi semuanyaaaa!” sapanya dengan sopan dan menunduk-nunduk.

Rata-rata, ke-5 peserta cewek itu berambut indah dan berparas good looking. Selain berbakat, juri memang menetapkan kriteria visual yang baik. Begitu pula dengan Natasha. Namun tak dipungkiri, Natasha lah yang paling menonjol. Dia sama seperti Sehan. Mudah mendapatkan perhatian.

“Aku mengenal musik sejak usia 10 tahun. Awalnya, karena mama sering mendongengkanku sebelum tidur. Tapi, aku tetap gak tenang di balik selimutku,” kenang gadis yang kini mengenakan kostum Shaun The Sheep itu dengan riang.

“Kemudian mama coba bernyanyi meski suaranya gak begitu bagus,” dia menyelipkan senyum yang tulus. “Mama mendendangkan kalimat-kalimat dalam buku cerita dengan nada yang aneh. Kalimat yang dijadikan lirik lagu. Maksa sekali, hehehe. Aku tertawa karena kekonyolan mama. Tapi kemudian aku bisa tertidur dengan segurat senyuman,” bebernya lancar. Peserta lain tertarik menyimak ceritanya. Natasha seperti memiliki magnet.

“Aku senang bisa tampil di acara ini. Menurutku, ini akan menjadi pengalaman paling berharga dalam hidupku. Kupikir… hidup akan semakin bermakna jika kita memiliki banyak pengalaman,” akunya yang disambut anggukan para kru.

“Saat audisi aku memilih bernyanyi dengan memainkan piano. Aku mencintai musik. Dan kecintaanku pada musik, membawaku hingga ke tahaf ini,” lanjutnya yang mendapat aplaus kecil dari Kak Indra. Video Natasha diputar lebih dari 300.000 kali. Video peserta cewek nomor 1, mengalahkan Lyn yang meraih angka 190.000 viewers.

“Tapi, sesungguhnya aku gak terobsesi menjadi musisi atau penyanyi. Cita-citaku sederhana, aku ingin menjadi ibu yang tangguh seperti mama.”

“Sepertinya lo udah terlalu banyak bicara!” Lyn di sampingnya menimpali. Gadis ini tersenyum sinis mengangkat sudut bibirnya. “Lo sedang melakukan pencitraan setelah kemarin banyak orang yang menghujat lo, kan? Ah, haruskah dengan banyak bicara seperti ini?” remehnya seraya mengipaskan-ngipaskan tangan ke wajah. Mengekspresikan rasa gerah dan tidak suka.

Refleks Natasha terdiam dan menoleh ke kirinya. Lyn berdiri dengan melipat tangan di dada dan dagu yang terangkat. Dan membalas tatapan itu dengan tajam. Memang, dibanding peserta lainnya, durasi perkenalan Natasha lah yang paling lama.

Kak Indra melirik sutradara yang memberinya sebuah kode.

Oh, apakah ucapan Lyn menandakan kebenaran isu perang dingin di antara keduanya???

Perseteruan yang menjadi desas-desus belakangan ini?

Ya, mungkin saja. Karena beberapa hari sebelum syuting, banyak akun Twitter yang menyerang dan mem-bashing Natasha karena lagu yang dia nyanyikan di video dianggap sebagai plagiat lagu Girlband Korea.

Katanya, Natasha tidak pantas lolos dengan lagu hasil plagiat!

Natasha lolos dengan cara memalukan!

Natasha hanya modal tampang!

Prestasi yang tidak bisa dibanggakan sama sekali.

Tapi, Natasha sudah menjelaskan bahwa dia tidak bermaksud memplagiat. Dia hanya menggubah liriknya menjadi Bahasa Indonesia. Dia menegaskan, tidak pernah sekalipun mengakui karya tersebut sebagai lagunya.

Tapi, remaja-remaja pecinta Talent Pop Teens, fans yang agresif itu sudah terlanjur sensitif pada Natasha! Apapun penjelasan Natasha, mereka tetap tidak terima dan terus mem-bashingnya.

Konon, itu karena Sehan sering mention Twitter Natasha, menyapa Natasha, dan memberinya perhatian. Percakapan mereka di Twitter memancing rasa penasaran. Hingga muncul spekulasi… itu merupakan bentuk PDKT keduanya!

Yup, ini soal kecemburuan. Ini soal agresivitas fans Sehan. Masalah biasa, kan?

Dan mungkin saja sikap Lyn yang sinis atas dasar perasaan yang sama!

Lyn baru 3 bulan ini pindah ke SMA Sehan. Mereka teman 1 sekolah. Mereka sudah saling mengenal. Dan… mungkin kah Lyn jatuh cinta pada Sehan???

Tapi, jika benar ini tentang cinta segitiga, bukankah reality show ini akan semakin menarik???

“Ehemmm, kalian semua sudah memperkenalkan diri. Tinggal 1 peserta lagi.” Kak Indra mencoba mengembalikan suasana yang mulai canggung.

Sehan hanya memainkan kakinya seperti menyepak sesuatu. Dia mengerti bahwa dia juga terlibat dalam perang dingin itu. Mungkin inilah resiko cowok tampan. Selalu menjadi rebutan. Selalu memicu keributan. Namun, dia tersenyum saja. Perasaan bersalah mungkin ada. Tapi, perasaan bangga dan tersanjung itu lebih mendominasi.

“Kak Indra, kostum buat peserta terakhir apa? Pasti yang paling jelek deh, hehehe,” celetuk Ekky penasaran. Dia juga sedikit tak enak dengan kondisi ini. Makanya, dia mencoba mengarahkan ke pembicaraan baru.

“Oh, itu rahasia. Yang jelas paling sial, hahaha. Mungkin kalian akan mengetahuinya sebentar lagi.”

Mungkin saja peserta terakhir, Kay Alexander, sudah berada di tempat ini dan siap bergabung dengan mereka.


Dan benar saja. Kay memang baru tiba di lokasi. Ken mengantarkan Kay dengan 2 kru pribadinya itu hingga ke pintu gerbang masuk yang masih lengang.

Kemudian Kay beristirahat di sebuah tanah lapang, kurang lebih 200 meter dari lokasi syuting.

Lulu, seorang kru cewek bergegas membawa koper Kay ke basechamp. Sementara Santi dengan cepat mengarahkan Kay dan kameramen Ahmad karena syuting regular sudah dimulai sejak Kay menginjakkan kaki Greenara. Ada 1 kameramen lain yang meliput kedatangan Kay. Juga 2 orang kru berseragam sama yang hanya mengawasi mereka.

“Nanti selama kamu syuting, aku dan Ahmad adalah kru pribadi kamu. Segala keperluan kamu, kami akan selalu mengawasinya. Kalau kamu berhasil memenangkan acara ini, kami juga akan mendapat reward,” beber Santi yang bertubuh kecil ini.

Kay mengangguk mengerti. Dia melakukan peregangan, melenturkan otot-ototnya. Syuting perdana ini pasti akan sangat melelahkan. Dia harus siap secara fisik dan mental.

“Kamu sudah terlambat 2 jam dari target awal. Menurut laporan yang kudapat, kamu adalah peserta terakhir yang tiba. Jadi… ya terima saja hukumannya.” Santi menunjuk 1 kardus yang diberikan kru lain. Kardus itu berisi benda untuk hukuman.

Kay gugup. Dia menyambut benda itu dengan tangan gemetar. Santi memijat-mijat bahunya agar abg 17 tahun berambut lurus ini lebih rileks. “Santai saja, Kay. Ini reality show untuk remaja. Jadi walaupun ada ketegangan, tetap fun dan ceria. Hukumannya pun untuk lucu-lucuan saja.”

Kay mengernyitkan dahi. “Tapiii… bukankah kelucuan adalah untuk ditertawakan? Sama aja gue bakalan dipermalukan,” keluhnya cemberut. Ragu-ragu dia membongkar isi kardus yang lumayan besar dan berat itu.

“Kekeke.” Beberapa kru di sana bahkan sudah tertawa sebelum Kay menjalani hukumannya. Kay cemberut. Dia berfirasat, pasti hukuman nanti benar-benar memalukan. “Aaa, tolong jangan ngeledekin gue,” rengeknya. Dia membuka plester kardus itu pelan-pelan. Dan…

Tadaaaa!

“YACKKKK!” Kay melotot. Kotak kardus itu sampai terlepas dari tangannya.

“Hahahaha!” Tawa kru terhambur melihat ekspresi kaget Kay yang lucu.

“Apa-apaan ini? Jadi gue harus makai kostum….??? Aaaa… ini kan? Aaaahhh!” rengeknya manja. Dia menatap kameramen dengan paras tak percaya.

Santi mengangguk sambil membungkam mulut menahan tawa.

Itu kan kostum…. Kay menggeleng-geleng tak terima. Dia menyesal tadi pagi berpura-pura tidur lelap saat dibangunkan Mama. Dan sedikit marah pada Ken yang menunda perjalanan demi mendahulukan cewek itu. Coba kalau Kay tiba lebih awal, mungkin kostum untuknya tidak akan se-menyebalkan ini. Dasar Kak Ken! Jahilnya keterlaluan. Kay menghentak-hentakkan kaki sebal. Rasanya, dia ingin sekali menggigit-gigit kostum ini. Arrrgggghhhh!

“Ayo pakai sekarang. Kamu harus buru-buru karena sudah terlambat. Ayo!” Santi mengingatkan.

“Oke!” Kay bersiap untuk memakainya. “Tapiiii… bukan berarti… gue bakalan adu gulat, kan??? Entar tubuh gue bisa remuk!”

“Gulat? Hahaha!” Tapi pertanyaan polos Kay hanya dijawab dengan tawa.

Kay benar-benar malu. Tapi Kay harus memakai kostum besar ini di syuting pertamanya. Kostum yang aneh dan berat. Dan… menyebalkan!

“Kay… emmm.” Santi hanya menunjukkan alat stopwatch pada Kay.

Kay mengerutkan dahi. “Jadi, gue harus sampai ke tempat syuting dalam waktu…” Kay mengerdip-ngerdipkan mata heran.

“1 menit untuk 200 meter. Siap?”

“Hhhhhhhhhh!” Kay menghembuskan napas super panjang. Sangat menyedihkan. Dia membereskan kostumnya yang berat itu agar lebih nyaman di tubuhnya. Dan membuka kakinya untuk ancang-ancang. Cowok sejati harus selalu siap menerima tantangan, bukan?

“Oke. Bersedia… siap… YAK!”

Dan wush… wush… wush! Kay berlari dengan cepat dan susah payah karena kostum besarnya. Hhh, hhh, hhh! Dia berharap, semua orang yang melihatnya begini justru akan kasihan.

Dan tidak akan menertawakan penampilannya.


“HAHAHAHAHA!”

Tapi, baru saja sosok Kay muncul di kejauhan, semua kru dan para peserta sudah menertawakannya.

“Hahaha, benar-benar sial dia, hahaha!”

“Ternyata yang terakhir emang paling parah, hahaha!”

“Ya ampun, kostum apaan itu? Kayak badut, hahahaha!”

“Astagaaa, sial banget hidupnya!”

“Kalau gue jadi dia, mending gue sembunyiin aja nih muka di ketiak!”

“Keluarganya pasti malu!” Peserta berkomentar dengan nada berbeda-beda.

“Hahaha, hei Sumooo… kenapa lo lari? Kenapa gak menggelinding aja kayak bola, biar cepat sampai! Biar masuk danau, hahahah,” ledek Sehan.

Hhh, brengsek! Kay memicing tajam ke arah si pem-bully. Tapi, dia malas meladeni orang itu. Dia hanya fokus dengan jalan di depannya. Dia menyeka keringat mengucur di dahi. Dan…

“Hhh, hhh, hhh!” Dia berhenti sekitar 10 meter dari yang ditentukan. Dia menunduk dengan kedua tangan menopang ke lutut. Napasnya naik turun. Dia benar-benar kelelahan. Ingin rasanya dia mencopot kostum Sumo ini secepatnya. Gerah, panas, dan hhh… sangat menyebalkan!

“Ayo, Kay. Waktu terus berjalan!” dorong Santi. “Lewat 1 menit, kamu harus kembali ke tempat tadi, lalu berlari lagi. Itu akan lebih melelahkan. Come on, tinggal 10 detik!”

Kay mengacungkan tangan dan mengangguk. Dia berusaha bangkit dan berdiri. Kemudian melanjutkan jalannya. Tap, tap, tap!

“Gue harus bisa. Haruuuu~… oh, oh, oh! Ups!”

GDEBUKKKK!!!

“HAHAHAHA!” Tawa itu kembali meledak. Beberapa orang bahkan bertepuk tangan seperti terpukau menonton pertunjukkan sirkus.

Bagaimana tidak lucu? Kay dengan kostum Sumo bulatnya terguling-guling di atas jalanan ubin, hingga kepalanya terantuk pembatas jalan! Buk!

“Aaaaaaa~!” Kay berteriak kesakitan. Dia menekuk kepalanya dan meringis menggigiti bibir. Sial! Sedikit lagi dia berhasil!

“Ulang, ulang!” teriak para peserta. Sehan si cowok kompetitif tertawa paling puas. Dia suka sekali dengan hal semacam ini—saat pesaingnya sedang kesulitan!

Tapi itu tidak berlaku untuk Natasha. Dia iba dengan keadaan Kay. Dia melihat para kru dan peserta tidak ada yang membantu Kay untuk berdiri. Mereka semua membiarkan saja Kay berada dalam kesulitan. Bahkan kameramen dan kru pribadi Kay hanya menontoni dan menertawakannya. Dengan tubuh Sumo seperti itu, Kay benar-benar butuh bantuan bahkan hanya untuk bangkit sekali pun.

“Pegang tanganku!” Gadis ini menjulurkan tangan.

“Hhh!” Kay hanya menunduk memandangi kakinya yang terasa lemas. Namun tanpa ragu Kay menyambut tangannya. Huppp! Kedua tangan lembut itu merengkuh lengan dan tubuh Kay.

Natasha membantunya untuk berdiri. Sementara kameramen terus merekam aksi keduanya. Kak Indra dan sutradara tidak menuntut peserta untuk membantu peserta lain seperti yang Natasha lakukan. Tindakan ini murni inisiatif Natasha.

“Thanks udah bantuin gu~…. Eh!” Kay terperangah mengenali gadis berkulit halus ini. Kay menatap parasnya lekat-lekat. Natasha pun merekahkan senyumnya. Sepasang iris itu berpagut mesra.

Dag deg dag deg! Denyut jantung Kay tiba-tiba menderu, sama cepatnya dengan saat dia berlari.

“Lo…” Kay mengingat-ingat rupa gadis ini. Cewek dengan rambut panjang berkuncir dua? Kemudian dia mengangguk-angguk. Ya, dia ingat. Dan segera saja dia menjauh dari Natasha.

Untuk apa dia berterima kasih pada cewek itu? Bukankah karena dia Kay mendapat hukuman? “Harusnya lo yang sial kayak gini, bukan gue,” gumamnya terkesan jutek. Kay berdiri sambil menepuk-nepuk pantatnya dari debu.

“Apa?” Natasha keheranan. Dia tidak mendengar jelas apa yang Kay ucapkan.

Namun segera saja Kay memalingkan tubuhnya.

“Tunggu!” Dan Natasha mencegah kepergiannya.

Setelah berjalan beberapa langkah, Kay menolehnya dengan mengangkat alis.

“Semangat yah!” Natasha mengepalkan tangannya. “Fighting!” Dan melemparkan senyum manis.

“Oh!” Kay mengangguk dingin dan meneruskan jalannya. Dia sedang tidak mood meladeni Natasha. Lagipula dia harus segera menyelesaikan hukuman ini.

“Hhhhhh, aktingnya benar-benar memuakkan!” Lyn berkacak pinggang. Dia geleng-geleng kepala menyaksikan adegan Kay-Natasha dari kejauhan.

“Andai gak ada kamera, gue yakin dia gak bakalan bantuin cowok itu. Gue tahu tujuannya, biar masyarakat yang melihat dia, lalu berpikiran bahwa dia anak yang manis, suka membantu. Cuih! Pencitraan, you know!” sinisnya.

Semua mata terlempar ke arah Lyn. Ada yang setuju dengan pendapatnya, ada pula yang gondok.

“Salah apa sih dia sama kamu?” Melody salah satu yang gerah. Dia berdiri menghadap Lyn dan melipat tangan di dada. Selama ini, dia sering mention-an dengan Natasha, berdiskusi sebagai sesama peserta. Dia merasa pantas membela teman pertamanya di Talent Pop Teens itu.

“Kamu gak suka caranya, atau ingin melakukan hal yang sama, tapi keduluan dia?” berondong Melody tak kalah sinis. “Dan jangan bilang kalau aku juga sedang melakukan pencitraan ya. Aku hanya gak suka sama omonganmu.”

Lyn hanya menyeringai. “Sayangnya gue gak ada urusan sama lo!” jawabnya santai. “Muka bakpao!”

Melody mendengus kesal. Ternyata bukan paras jutek Lyn saja yang mengerikan, lidahnya juga. Melody bisa lebih kalem saat Ekky menepuk bahunya untuk menenangkan.

“Sudah berantemnya???” tanya Kak Indra. Tadi dia memang sengaja membiarkan pertengkaran kecil itu. Ajang kompetisi tanpa pertengkaran seperti sayur tanpa garam. Datar dan membosankan.

Dan ini baru permulaan!

Karena sangat bisa dipastikan, perseteruan ini akan terus berlanjut.

Talent Pop Teens:

Karena dunia remaja adalah games sesungguhnya

talent pop teens

Story By: MQ Maria

Part I

 

Dittt…dittt!

“Kaaay, syutingnya sudah dimulaaaai. Buruaaaan, lo telaaaaat!!!”

Teriakan pemuda dan bunyi klakson itu membaur bising. Pemuda itu menurunkan kaca jendela Honda New Civic hitam yang terparkir di halaman rumah. Dia menatap pintu rumah terbuka di belakannya dengan kesal. Apa sih yang dilakukan Kay? Kenapa adiknya itu lama sekali?

Lihat, pagar rumah di depannya sudah terbuka lebar. Mesin mobil sudah dipanaskan. Dia sendiri sudah siap dengan kemudinya. Musik penghilang kantuk pun sudah diputar sejak tadi. Tapi Kay, orang yang berkepentingan itu malah belum muncul. Perjalanan ini sangat penting, tidak bisa disepelekan.

Perjalanan ini mungkin akan menentukan masa depan Kay!

Dengan sedikit kesal, pemuda bertubuh kurus ini melongokkan kepala keluar jendela. Sial! Langit pun mulai tak bersahabat. Cuaca Rabu pagi ini pun seperti tidak mendukung keberangkatannya. Matahari tak menampakkan dirinya. Awan tebal menyelubungi langit. Bahkan sudah tercium aroma hujan meski belum turun butiran.

Kenapa ini seperti pertanda buruk???

“Gak gue anterin entar anaknya makin ngelunjak, lagi. KAAAY, BURUAAAAN!” Pemuda berkemeja rapi ini semakin tak sabar.

Diiiittt… diiiiittt! Dia menekan klakson lebih keras sampai bunyinya seperti ringkihan kambing kurban yang siap disembelih.

“Kay, kalo gue ngambek bahaya lo.” Dia masih saja berteriak-teriak. Namun tak ada respon apa pun. Sosok Kay tetap tidak muncul. Derap langkah pun tidak terdengar. “Dasar Kay!!!” Gemas, akhirnya dia membuka pintu dan melompat keluar.

“JANGAN TARIK, MAMAAAAHHH!!! KAY GAK MAU IKUT ACARA ITUUUU!!! KAY GAK MAU SYUTIIIING!”

Dan Ken Alexander, nama pemuda ini, refleks mengembangkan bibir puas. Dia menyilangkan tangan di dada, lantas bersandar santai di badan mobil. “Hehehe.” Dan terkekeh pelan menikmati tontonan seru di ambang pintu. Dia tak perlu susah-susah lagi menyeret Kay. Mama melakukannya lebih dulu dengan saaangat baik.

Adik bungsunya, Kay Alexander, tertatih-tatih di belakang Mama. Mama menggenggam tangan remaja 17 tahun itu dengan kuat. Kay terus merintih di seretannya, tapi Mama tampak tak peduli.

PLAKKK! Mama bahkan memukul pantat Kay. Ken tercengang. Pasti keras sekali sampai terdengar bunyinya. Ternyata Mama bisa keras juga pada si manja. Ken tersenyum lebar memamerkan susunan giginya yang kurang rapi.

“Mamaaaaah, sakit tau!” Kay mengusap-usap pantatnya. Wajahnya kucel sekali. Dia hanya memakai celana jeans selutut dan T-shirt hitam polos sederhana.

“Makanya jangan bandel. Acara itu sangat penting buat kamu. Kalau kamu gak berangkat, kamu bakalan di-blacklist dari daftar peserta. Dan kalau sampai itu terjadi, Mama gak akan maafin kamu,” tegas Mama. Wanita berambut sebahu ini menurunkan paksa tubuh Kay. Dia meraih kepala Kay dan menyisir rambut putranya yang berantakan.

Kay tak bisa berontak. Dia hanya manyun-manyun. “Tapi Kay gak mau ikut acara ituuu. Kay gak suka sama kamera. Emangnya Kay artis, apa???” rutuk Kay, menunjuk kameramen yang sejak tadi malam meliputnya.

Kameramen bertubuh besar itu berdiri di samping Kay. Pria 40 tahunan berkacamata ini adalah kru dari tim produksi yang diutus atasannya untuk ke rumah Kay dan meliput aktivitas persiapan Kay sebelum di lokasi syuting resmi.

Kay benci melihat paras kameramen itu, juga 2 orang kru cewek dan 1 cowok yang bermalam di rumahnya sejak tadi malam. 4 orang kru itu sudah mengganggu ketenangannya.

“Hei, sebentar lagi lo jadi artis, kekeke. Lo bakalan masuk tivi. Atau sekedar nampang diiklan pembasmi kecoa, hahahaha,” ledek Ken dengan terkikik. Dia tahu Kay sangat alergi dengan kecoa.

Kay hanya mencibir kakaknya. “Bisa gak sih, kameranya gak usah dinyalain?” Kay mendorong moncong kamera yang terus mengarah padanya. Sedikit angkuh.

Kameramen ini mulai tak enak. Namun dia tak bisa memenuhi kemauan Kay.

“Ini sudah ketentuan acara, Kay. Mohon dimengerti.” Salah satu kru cewek berwajah manis itu meminta pemakluman. Kru cewek lainnya bergegas menarik koper yang sudah diisi dengan beberapa perlengkapan pribadi Kay. Dia membuka bagasi mobil hitam bertuliskan “Cool TV”. Sementara sang kameramen tak peduli dan terus merekam ekspresi Kay. Mereka tampak profesional.

Namun sangat mengganggu!

Kay mengerucutkan bibir. Sementara Mama terus merapikan penampilannya. Dia hanya mendesis pasrah. Dia berpikir, kehidupannya akan amburadul setelah mengikuti acara ini.

“Ken, pastikan anak ini gak kabur dari acara. Kalau perlu kamu bawa mobilnya ngebut-ngebut biar dia gak berani membuka pintu di tengah jalan lalu melompat keluar,” tekan Mama. Dia melirik tajam pada Kay. Dia ingat dulu Kay pernah melakukannya saat hendak pergi ke dokter gigi.

“Tapi itu kan waktu Kay 8 tahun, Mah. Kenapa mamah selalu melihat Kay seperti anak kecil???” protesnya.

“Nah ini, protas-protes terus kayak anak kecil. Udah jangan bawel.” Mama menepuk pipi Kay. Kay hanya mengerdip-ngerdipkan mata kesal.

“Manfaatkan kegiatan positif ini dengan baik. Tunjukkan semua talentamu. Kamu harus berhasil. Kamu harus juara, oke. Kalau kamu pulang hanya membawa malu, Mama gak mau bukain pintu 2 hari 2 malam biar kamu kedinginan di luar,” ancam Mama.

“Yack!” Kay terlongo. “Kay sendiri gak niat berkompetisi di ajang itu. Lalu bagaimana Kay bisa menang???”

Mama tak peduli. Terkadang, niat baik seseorang ada setelah mendapat dorongan dan dukungan dari orang lain. “Cepat berangkat!” Wanita berpenampilan sederhana ini menepuk punggung Kay yang lemas.

“Mamah menyebalkan!” semprot Kay uring-uringan. Dia melangkah lebar-lebar menuju mobil dengan menghentakkan kaki.

“Kamu harus banyak senyum, sayaaang. Kalau jutek begitu, nanti gak ada peserta yang mau jadi teman kamu. Nanti sesampainya di sana, mukamu jangan ditekuk seperti ini,” pesan Mama khas seorang ibu. Tapi Kay tak menggubrisnya.

“Euugh!” Mama menarik-narik pipi Kay dengan gemas.

“Mamaaaah!” Kay memprotes manja sebelum Mama juga menarik-narik hidungnya seperti kebiasaan mama. Remaja berjambul yang memamerkan dahi lebarnya itu terburu-buru membuka pintu mobil dan melompat masuk. Brukkk! Dan menutup pintu mobil dengan keras. Sepertinya Kay sangat kesal.

Mama memandangi mobil sampai mobil itu keluar jauh dari pagar rumah. Mengantarkan kepergian Kay dengan sedikit perasaan sepi.

“Mama pasti merindukanmu, Kay,” bisiknya tanpa terdengar oleh Kay. Mungkin tadi dia terlihat keras, namun sehari-harinya tidak begitu.

Dia bersikap keras demi masa depan Kay!

Jika dia lembek, Kay pasti akan menolak syuting di acara itu. Acara itu sangat penting untuk masa depan Kay, jadi tidak boleh dilewatkan begitu saja. Sebuah kesempatan emas yang mungkin hanya datang sekali seumur hidup. Mama sendiri sebenarnya belum bisa membayangkan bagaimana dirinya tanpa kehadiran si bungsu tercinta. Ah, melepas kepergian anaknya meski hanya 15 hari tidaklah mudah.

Ya, Kay memang akan pergi 15 hari untuk mengikuti sebuah even!

Sebuah acara seru, baru dan menarik!

Talent Pop Teens!!!


 

 

Sebuah ajang pencarian bakat populer akan segera hadir di COOL TV, Talent Pop Teens.

Para remaja diseleksi dengan mempertunjukkan bakat mereka seperti singing, dancing, musical performing, acting, modelling, presenting, juga bakat-bakat populer lainnya.

Ajang pencarian bakat yang akan dikemas dengan perpaduan format reality, variety dan games show. Disebut Reality show karena syuting diadakan tanpa naskah. Dialog, gestur, tingkah laku yang natural dan bukan akting. Variety show karena rencananya syuting mereka akan diadakan di beberapa tempat dengan kondisi dan situasi yang berbeda dan tak terduga. Games show karena di setiap harinya mereka akan mendapatkan tantangan berupa Shocked-games. Dan Talent-show karena peserta acara dipilih berdasarkan bakat dan kemampuan.

10 peserta yang terdiri dari 5 cewek dan 5 cowok itu akan berkompetisi dengan menjalani serangkaian games, kuis, pelatihan, dan tantangan. Mereka akan syuting selama 15 hari, dengan nyaris 24 jam berada dalam sorotan kamera. Peserta yang memiliki bakat, kemampuan mental dan fisik terhebat, personality yang kuat, dan terfavorit di mata pemirsa akan dinobatkan menjadi King atau Queen of Talent Pop Teens session 1!

WOW! Belum pernah ada acara seperti ini sebelumnya. Beberapa jurnalis bahkan menyebut Talent Pop Teens, akan menjadi “tontonan remaja dengan terobosan baru” di situs portal mereka.

Acaranya sendiri belum memulai syuting. Namun sudah terdengar merdu di social media Twitter. Bahkan hashtag #TalentPopTeens sudah pernah menjadi Trending Topic Worldwide #3. Akun produser acara @alvin_cooltv ikut terkenal dan menjaring ribuan follower hanya dalam beberapa hari.

Di Twitter dan Facebook juga sudah muncul beberapa fanspage yang siap mengupdate acara ini. Para sponsor juga memberikan ambassador agar brand mereka bisa berseliweran sepanjang acara dan produk mereka dipakai oleh ke-10 peserta kontes. Mulai dari produsen T-shirt, kalsium, multivitamin, kartu seluler, sampai snack. Pihak Cool TV yang notabene channel televisi baru juga kebanjiran iklan semenjak tersiar kabar soal reality-variety-games-talent show ini. Dan tentu masih banyak kehebohan lainnya yang melebihi ekspektasi.

Pertanyaannya, bagaimana acara ini bisa sebegitu hebohnya???

Ya, harus diakui ini karena kejelian tim kreatif mengamati trend anak muda. Tim kreatif tahu benar situs Twitter tengah digilai para remaja.

Promosi lewat Twitter terbukti ampuh memancing euphoria!

Mereka juga sadar sekali popularitas Youtube sudah mengalahkan acara live musik di televisi. Jika ingin menikmati video klip dari musisi di seluruh dunia, pergilah ke Youtube. Banyak talenta muda yang bisa Go International berkat Youtube, seperti Justin Bieber, Greyson Chance atau gitaris muda berbakat Sungha Jung. Bahkan jika ingin tenar secara instan, tinggal me-lipsync lagu populer dengan gaya unik dan konyol seperti Norman Kamaru.

Karena itulah, tim produksi pun melakukan audisi lewat Youtube. Tim kreatif membuat video promosi cara pendaftaran, lalu meminta follower untuk me-retweet link penghubung ke video itu. 5 Follower terpilih yang telah me-retweet diberikan bingkisan seru.

Bisa dibilang, strategi yang simpel dan sederhana, namun tepat sasaran.

Upload video bakat dan aksi keren kalian ke Youtube. Kirimkan link videonya lewat Twitter dan mention akun @TP_Teens dengan hashtag #TalentPopTeensAudition.

Kemudian berbondong-bondong remaja berusia 14-18 tahun mengupload video narsis mereka. Ada yang bermodal nekat dengan bakat nyanyi di bawah standar. Ada pula yang berparas memikat namun bersuara pas-pasan. Ada yang hanya cuap-cuap me-lipsync lagu, menunjukkan kualitas diri mereka yang buruk. Bahkan ada yang sekedar coba-coba dengan membuat video parodi, melawak ala Mr. Bean untuk menarik perhatian. Total peminat audisi sampai membludak dan membuat pihak penyelenggara kewalahan.

8.000 lebih video dari seluruh daerah di Indonesia! Wow, ini menakjubkan untuk ajang baru seperti Talent Pop Teens.

Dengan proses seleksi ketat, akhirnya tim Talent Pop Teens berhasil menemukan 10 finalis yang akan tampil di acara itu. Mereka yang terpilih jelas memenuhi syarat. Memiliki tampilan visual yang menarik, camera-face, camera-genic, photogenic, dan tentu saja bakat yang menonjol dan menjual.

Dan Kay Alexander adalah salah satu peserta yang berhasil. Videonya disaksikan lebih dari 500.000 view dengan 20.000 lebih likers dan kurang dari 1000 unlikers. Bakat dance-nya diakui sebagai yang terhebat. Prestasi awal yang mengagumkan, bukan?

Tapi kenapa Kay sendiri justru tidak suka dengan keikutsertaannya di acara itu???


 

Ya, Kay memang remaja yang istimewa. Dia layak sekali terpilih di ajang Talent Pop Teens. Pemuda berkulit sedikit gelap ini sangat sangat berbakat.

Ini tak lepas dari andil sang Mama, Laurencia. Dia sangat membanggakan kelebihan bungsunya itu.

Sejak SD, kamar Kay sudah dia lengkapi dengan perangkat video game dan juga komputer yang lengkap. Dampaknya, Kay menjadi maniak dan seringkali malas belajar karena keasyikan bermain games. Tapi, Mama memaklumi. Melihat anaknya selalu memenangkan games saat berduel dengan rekannya, dia bisa berbangga diri.

Anak lelakinya jagoan, bukan?

Dan mungkin, hobi ngegamesnya membuat Kay bisa dengan mudah menaklukan games di acara ini!

Juga ketika tahu Kay tertarik dengan permainan Skateboard, Mama berinisiatif membelikannya. Awalnya Kay sangat enjoy bermain skateboard meski terjatuh dan terluka beberapa kali.  Dia hanya berhenti karena menemukan hobi baru!

Saat teman SMP Kay datang ke rumah dan membawa gitar. Ya, hobi baru Kay adalah bermusik. Dan Mama tahu itu. Kay juga sempat didaftarkan ke tempat les piano namun tak bertahan lama. Mama membelikan Kay perangkat musik; drum, gitar, bass, dan keyboard. Mama juga mengubah sebuah kamar tamu luas menjadi studio latihan Kay.

Di antara 4 alat musik tersebut, Kay paling interes dengan drum. Dia merasa lebih berstamina dan gagah ketika memegang stik. Sangat laki, menurutnya. Namun karena tidak fokus dengan 1 alat musik, akhirnya Kay tidak bisa menguasai semua alat musik itu dengan baik.

Mama juga pernah membelikan kanvas dan alat-alat lukis, tidak mau kalah setelah melihat tetangga melakukan hal serupa. Namun sepertinya Kay sangat tidak tertarik dengan seni yang satu itu. Dia bahkan mau muntah saat mencium bau cat.

Kemudian Mama juga melapang-ratakan taman di belakang rumah menjadi arena basket untuk Kay. Kay memiliki pertumbuhan yang menakjubkan. Proporsional dengan tinggi badan mencapai 170 cm di usia SMP-nya. Kay pasti berbakat menjadi seorang pebasket. Kemudian, atas saran Mama, Kay mengambil ekskul Basket di SMA-nya. Namun prestasinya biasa-biasa saja. Bahkan lebih sering bolos latihan.

Suatu ketika, Kay jujur berkata bahwa dia sangat tertarik belajar dance; jazz, HipHop, popping, juga locking dance. Awalnya Mama tidak setuju. Menari? Apakah itu keren untuk seorang lelaki???

Namun Mama tak bisa menolak keinginan putranya. Mama memesan cermin besar ukuran 10×7 meter untuk dipajang di studio musik Kay. Peralatan musik Kay ditepikan agar Kay bisa leluasa berlatih dance. Kay jadi hobi meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama musik dengan menghadap cermin.

Dan Kay merasa paling percaya diri ketika dia menari!

Finally, setelah mencoba berbagai bidang, Kay memutuskan serius memperdalam dance. Mama mendukungnya. Boyband Korea dipuja-puji banyak gadis karena kehebatan dance mereka. Mungkin Kay akan mendapatkan respon yang sama.

Mama serius sekali mengembangkan bakat Kay. Menurutnya, anak seusia Kay harus diarahkan ke kegiatan positif agar tak terjerumus pada pergaulan yang salah. Di era modernisasi dengan kecanggihan teknologi juga kebebasan berekpresi seperti sekarang, peran orangtua sangat vital untuk membentuk kepribadian seorang remaja.

Mama juga sadar, beranjak dewasa, Kay semakin tampan dan manly. Kay memiliki rahang yang lebar, mata yang besar, alis yang tebal dengan lengkung sempurna, dagu berbelah, dan bibir yang berisi meski bentuk hidungnya tidak mancung. Parasnya menawan. Tubuhnya pun atletis dengan bahu yang lebar. Katanya, banyak gadis yang menyukai Kay karena fisiknya.

Tapi tentu saja, Mama tahu persis kepribadian Kay. Anak itu cukup pemalu!

Di sekolahnya, Kay tidak suka menunjukkan eksistensi. Tidak pernah mengejar seorang gadis, bahkan menghindar ketika didekati. Dia belum pernah berpacaran. Dia siswa yang biasa-biasa saja dan memang ingin biasa-biasa saja. Tidak ingin menonjolkan diri. Dia lebih senang mengundang teman ke rumah ketimbang keluyuran di jalan.

Di dunia maya pun, dia jarang bersosialisasi. Dia hanya memiliki beberapa teman dekat yang loyal. Tipe yang sulit berkenalan dengan orang baru. Bisa dibilang, tipe remaja yang sedikit tertutup. Tapi, dia tidak kesepian. Dia menikmati kehidupannya yang seperti ini. Tenang, dengan cara yang dia inginkan.

Dia pernah berkata bahwa dia tidak tertarik menjadi artis. Dia bahkan pernah sesumbar berkata, menjadi artis adalah hal terakhir yang akan dia lakukan.

Tapi menurut Mama, Kay harus mengubah kehidupannya yang datar itu. Sebagai anak lelaki, Kay harus mencoba berbagai tantangan. Oke, Kay nyaman dengan dunianya, namun dia tidak akan berkembang. Dia tidak akan belajar banyak tentang hidup. Kay memiliki bakat. Kay tampan. Kay berkarisma.

Dan Kay harus menunjukkannya pada dunia! Bukan hanya di dunianya sendiri.

Beruntung, link video promosi tim Talent Pop Teens berseliweran di Timeline akun milik Ken. Awalnya, pemuda 22 tahun ini yang berminat ikut audisi. Namun gagal sebelum berjuang karena terhalang persyaratan usia.

Tapi Ken tidak akan melewatkan acara seru ini begitu saja. Jika dia tidak bisa, maka adiknya harus bisa. Harus ada klan-nya yang berhasil di acara menarik itu.

Dia meminta Kay dance di depannya dan merekamnya. Dan tanpa sepengetahuan Kay, Ken mengunggah video itu ke Youtube dan…

Ya, keikutsertaan Kay di Talent Pop Teens karena inisiatif Ken dan Mama. Bukan atas kemauan dirinya sendiri.

Kay marah. Kay terpaksa. Namun tak bisa memberontak. Ini sudah terjadi. Mungkin memang takdir. Yang dia lakukan sekarang, mau tak mau harus menikmati perjalanan ini.


Pihak produksi menjamin, setelah even itu berakhir, akan banyak tawaran job di dunia keartisan. Salah satu rumah produksi terbesar di Indonesia sudah mengincar 2 orang finalis untuk membintangi sinetron mereka. Ada pula stasiun televisi yang melirik salah satu finalis untuk dijadikan presenter infotainment. Beberapa label musik juga berkoar siap menaungi peserta untuk diorbitkan sebagai penyanyi profesional.

Dan Kay diberitahu bahwa dia juga ditaksir sebuah agensi untuk menjadi model. Model? Lenggak-lenggok di catwalk kah? Memakai kostum yang terkadang tak biasa? Dengan wajah yang dipenuhi make-up tebal, yang kadang berlebihan untuk seorang lelaki? Oh, membayangkannya saja dia risih!

Tapi mau bagaimana lagi???

Namanya sudah tercetak tebal sebagai salah satu dari finalis Talent Pop Teens. Semua orang sudah mengenalnya sebagai peserta Talent Pop Teens. Dia terlanjur memukau para juri dengan dance di video, yang saking populernya sampai muncul di beranda depan Youtube sebagai video unggulan itu.

“Cieee yang bakalan jadi artis. Pasang muka manyun begitu nggak bakalan juara, tau, kekeke!” Ken meledeknya dengan terkekeh. “Gue yakin, lo bisa dapetin juara 1. Gue percaya sama kemampuan lo.” Dan memulai opininya.

Sementara kameramen di samping Ken bergantian menyoroti Ken yang ada di balik kemudi, dan Kay yang terdiam merengut di barisan jok belakang. Kay duduk bersisian dengan kru bernama Santi. Kay menghela napas panjang dan melirik Santi yang tampak perhatian padanya.

“Jangan ragu berbicara, Kay. Ini reality show, tidak ada script dan aturan kamu harus melakukan seperti keinginan kami. Kami hanya memberikan arahan, tapi bagaimana kamu bersikap itu hak kamu,” nasihat Santi, kru tomboy berambut pendek nge-bob ini. “Katakan apa yang ingin kamu katakan. Dan bersikaplah seperti yang kamu inginkan. Santai saja, anggap tidak ada kamera di sekitarmu.”

Lalu kameramen jelek berkostum hitam-hitam ini siapa donk??? Malaikat pencabut nyawa??? Kay mendengus gusar dalam hati. “Kak Ken gak usah berharap banyak deh. Kak Ken pikir gue senang video dance gue dikomentarin banyak orang? Norak, tau gak!”

“Hahaha, padahal niat gue baik loh. Gue Cuma pengen bakat adik gue yang manis dan keren ini bisa dilihat banyak orang. Bangga kan punya adik yang populer, hehehe,” sahut Ken dengan santai.

“Tapi adik lo gak ingin populer, kakak Ken!!!”

“Hei, seseorang dengan bakat yang hebat gak akan mampu menolak sebuah popularitas,” tutur Ken.

“Gue gak mau jadi bahan pergunjingan. Gue malas jadi orang terkenal! Bahkan belum apa-apa, udah ada cewek yang sok manis di depan gue. Mengaku sebagai fans gue. Itu memuakkan.”

“Tapi kalau lo ingin berhenti, ini udah terlambat, Kay. Lo udah jadi finalis. And see, banyak yang menunggu performa lo di acara itu.”

“Ya ini semua gara-gara lo!” teriak Kay jemu. “Aargh!” Dihempaskannya punggung yang terasa tegang itu ke sandaran jok. Santi dan Ahmad, kameramen tersebut tak enak hati. Santi bahkan tak berani menatap mata Kay.

“Oke misalnya lo mundur, lo akan bebas dari kegelisahan dan resiko yang lo takuti. Tapi kelegaan itu hanya untuk sementara. Setelah lo berhenti, lo akan menyesali. Gue yakin itu,” Ken menjedanya dengan menarik napas.

“Lo mendapatkan kesempatan yang ingin dimiliki 8000 peserta lainnya yang tersisih. Lo bukan hanya memiliki faktor keberuntungan, tapi juga faktor X yang memesona banyak orang. Gue iri sama lo. Lanjutkan perjalanan ini meski berat, oke?” Dengan sabar Ken menasihatinya.

Meski kata-kata Ken bertujuan untuk memacu semangat, Kay tetap merasa Ken belum memahami penuh perasaannya. Benar, Talent-Pop Teens adalah wadah yang tepat untuk remaja dengan segudang bakat seperti Kay.

Tapi, kepercayaan diri pada bakat itu tak lantas membuat Kay terobsesi menjadi seseorang yang populer!

Dia menari karena dia menyenanginya. Murni sebuah hobi dan tak ingin menaik level-kannya menjadi profesi. Dia mencintai dance untuk dirinya sendiri.

“Gue risih dengan kamera. Gue gak suka jadi perhatian banyak orang,” cetus Kay gusar. “Gue akan menjadi salah satu bintang reality show. Wajah gue akan sering muncul di layar televisi. Gue akan dikenal banyak orang. Kedengarannya hebat bagi orang lain. Tapi bagi gue itu konyol!!!”

“Tapi video kamu diputar lebih dari 500.000 kali. Apakah itu suatu hal yang konyol?” Santi menimpali perbincangan dua kakak beradik itu. “Itu tidak main-main, Kay. Kamu hanya kalah dari Sehan yang dilihat 800.000 kali.”

Kay mengernyit. Sehan???


Ya, Kay ingat siapa Sehan. Sehan adalah salah satu finalis yang… ya, melebihi pencapaiannya. Bahkan Kay yakin, video audisi Sehan lah yang menarik perhatian dan dilihat lebih dulu. Sementara video Kay berada di samping video Sehan sebagai video yang disarankan.

Dan… dan… dan… Kay yakin kehebohan Talent Pop Teens di Twitter sebenarnya karena seorang Sehan. Paras Sehan sangat mirip dengan salah satu personel boyband Korea terkenal!

Sehan pernah menjadi bahan perbincangan oleh Korean Pop lovers hingga keluar negeri. Bahkan profilnya sempat muncul di headline situs berita khusus K-pop berskala internasional. Jika hashtag #TalentPopTeens pernah berada di nomor 3 Trending Topic World Wide, #SehanAditya justru pernah menjadi nomor 1!

Sehan sangat tampan, blasteran Indo-Arab-Prancis. Dia sudah memiliki fansclub bahkan sebelum Talent Pop Teens resmi dimulai. Ya, Sehan memiliki pengaruh yang sangat besar untuk acara Talent-Pop Teens. Kepopuleran Sehan sudah overrated!

“Hhh, boro-boro meraih gelar juara, yang ada gue cuma mendapat malu,” lontar Kay bernada pesimis.

Mengingat Sehan, Kay sudah bisa meyakini siapa yang memiliki kans besar merebut tropi di pengujung acara! Seperti tidak ada kesempatan yang lain untuk juara!

Ken berpikir sejenak sebelum menanggapinya. Di luar, rintik-rintik hujan mulai mewarnai perjalanan mereka. Keadaan di sekitar mulai tertutupi kabut. Meski begitu, dia masih fokus mengendalikan setir. Pembicaraan ini serius, namun tak membuatnya kehilangan konsentrasi.

5 menit kemudian Ken lantas tersenyum dan berkata, “yang menarik perhatian pertama kali belum tentu yang terbaik.” Kalimatnya tentu mengacu pada Sehan. Dia juga mengupdate even ini sejak awal dan tahu kronologisnya.

“Lo bisa jadi kuda hitam, Kay,” desisnya tersenyum penuh makna. “Yang penting tunjukkin kekuatan lo dengan maksimal. Ketampanan bisa dikalahkan oleh bakat dan kemampuan.”

“Kuda hitam?” Kay membelo. “Mentang-mentang kulit gue item,” gumamnya.

“Kekeke!” Ken terkikik geli. Kameramen dan kru Santi juga ikut tertawa.

“Hei, item itu eksotis lagi. Menurut sebagian orang mungkin itu memang kekurangan. Tapi suatu saat mereka akan melihatnya sebagai suatu kelebihan. Ciri khas!”

“Eksotis apanya? Lo aja sering ngeledekin gue,” rutuk Kay manyun-manyun. Moodnya belum membaik.

Ken membersitkan senyum. “Jalani aja dulu. Ketakutan membuat hal yang mudah menjadi sulit. Keberanian membuat hal sulit menjadi mudah.”

“Hhh!” Kay mendesah hebat. “Ini reality show. Baik buruknya sikap gue, semua orang jadi tahu. Gimana kalau gue gak sengaja berbuat kesalahan, terus menjadi bahan ledekan orang se-Indonesia? Gue bisa malu,” keluhnya cemberut.

“Hei, hei, hei!” Ken coba menenangkannya. “Kalau lo gak berniat melakukan hal buruk, otomatis kesalahan juga bisa diminimalisir.”

“Gue takut kebiasaan buruk gue bikin malu keluarga. Lo juga bakalan ngeledekin gue.”

“Nah kan, lagi-lagi masalahnya ketakutan,” Ken menyeka peluh di dahinya. Aneh sekali, di luar hujan, di dalam ber-AC, kenapa dia berkeringat? Mungkinkah efek percakapan yang tak biasa ini?

“Hei, kesalahan itu resiko dari sebuah perbuatan. Kalau lo takut berbuat kesalahan, udah sana gak usah berbuat apa-apa. Jadi orang-orangan sawah aja!”

“Kakaaak! Lagi seriuuuus!”

“Kekeke!” Ken tertawa jahil. “Tunjukkin diri lo yang apa adanya, oke! Biarkan semua orang melihat lo sebagai diri lo sendiri. Semua keburukan yang ada di lo, itu kan tergantung penerimaan orang.”

“Maksudnya?” Kay menatap belakang kepala Ken meminta penjelasan. “Jadi gue nggak boleh menutup-nutupi sifat jelek gue di depan kamera???” liriknya pada kameramen yang duduk di samping Ken.

Ken berdehem sebelum memulai penjelasan. “Gue yakin, ada sifat buruk lo yang juga dimiliki oleh orang lain. Kesamaan itu membuat mereka jadi ‘merasa dekat’ dengan lo. Merasa senasib sama lo. Ketika lo mendapat kesialan buah dari sifat buruk lo, mereka bisa belajar dari pengalaman lo. Mereka mungkin akan menghindari kesalahan yang lo lakuin. Mereka juga bisa mendapatkan pre-solusi andai nanti mereka mengalami hal yang sama. Hingga mereka bisa berempati, respek sama lo. Itu yang gue maksud penerimaan,” papar Ken dengan diakhiri senyuman. Dia terlihat berkharisma.

“Lagipula, untuk seorang manusia, kesempurnaan itu membosankan!”

Refleks Kay mengangguk setuju. Ya, kesimpulannya… itu tergantung penerimaan. Bagaimana orang bisa menerima kita apa adanya, jika kita sendiri tidak menunjukkan diri kita yang apa adanya?

Ken tersenyum wibawa. “Yang terlihat sempurna hanya bisa memesona mata. Hanya untuk dinikmati. Gak pernah benar-benar bisa menyentuh hati. Dan sebaliknya, sebuah kekurangan, akan menarik simpati dan empati—dua perasaan yang berasal dari hati.”

Kay memperhatikan rahang dan tulang pipi tirus Ken yang membuat paras Ken lebih terlihat dewasa. Physiquely, dia charming dengan mata sipitnya. Bersahaja dengan postur bertinggi 176 cm meski bisa dibilang underweight. Dia juga bijaksana. Pandai memotivasi.

Kay menyanjung Ken dalam diamnya. Karena Ken, dia menjadi lebih tenang dan siap menghadapi kesulitan yang terbayang di benaknya. Sebagai bentuk terima kasih karena advice Ken, Kay ingin sekali memeluknya. Tapi, Kay malu. Kay melirik kameramen yang terus saja merekamnya. Bisa tidak ya, kameranya dimatikan sementara saat Kay memeluk Ken? Tapi Kay hanya menghela napas panjang.

“Kak, sepertinya lo udah salah pilih jurusan deh,” celetuk Kay terkekeh.

“Ha? Salah jurusan?” Ken terkesiap kebingungan. Dia memindahkan pandangan ke luar jendela. Memperhatikan jejeran perumahan yang berbaris rapi. Lantas menerawang mengingat-ingat sesuatu. Dia membawa mobilnya masuk ke sebuah perkomplekan. Tapi, dia merasa tak ada yang salah. Ini memang area yang ditujunya.

“Rumahnya ada di sekitar sini kok,” elaknya.

“Bukan ituuuu,” pekik Kay. “Harusnya lo jadi ustadz aja, bukannya milih jurusan arsitektur, hehehe,” guyonnya memelerkan lidah.

“Hahahah!” Tawa Ken terhambur. “Ustadz dadakan yang sedang menceramahi ABG labil dan galau, hahaha,” balasnya dengan mengerling nakal ke arah Kay.

“Ugh!” Kay memukul manja lengan Ken. “Siapa juga yang lagi galau? Gak keren banget galau-galauan.” Kay mendumel sampai bibirnya keriting.

“Cemberuuut cemberuuuut! Hahaha!” Tapi Ken malah tertawa puas. Menjahili Kay memang hiburan tersendiri untuknya. Dia paling gemas melihat adiknya mengomel lalu memanyun-manyunkan bibirnya.

Namun, meski suka melihat Kay cemberut, Ken tidak bahagia jika Kay mengalami suatu masalah. Dia akan merasa cemas jika adiknya harus menanggung bebannya sendiri.

Nasihat-nasihatnya itu… semoga akan menjadi acuan oleh Kay selama dia syuting!


Bab IV

Dan akhirnya mobil berhenti di depan sebuah rumah berpagar biru. Ken menepikan mobilnya di pinggiran jalan yang tidak terlalu lebar itu. Matanya fokus mengawasi mobil hitam bertuliskan “Cool TV” yang terparkir di depan rumah berpagar hijau beberapa meter di depannya. Dia terlihat tegang.

“Ken, kenapa berhenti di sini? Sebaiknya kita cepat-cepat ke tempat syuting.” Santi menyentuh bahu Ken. “Bukankah aku sudah pernah cerita? Syuting dimulai beberapa menit lagi. Tapi, Kay sudah terlambat. Dan akan ada hukuman buat peserta yang datang paling terakhir, lho.”

“What?” Kay tercengang. “Hukuman apa?” tanyanya cemas.

“Nanti kamu lihat dan…” Santi menatap Kay ragu. “…mungkin kamu rasakan sendiri.”

“Hhh!” Kay mengembuskan napas panjang. “Tapi hukumannya gak berat, kan? Gak memalukan, kan?”

Santi mengangkat bahu. “Ini season pertama. Benar-benar baru. Tidak ada bayangan akan seperti apa hukuman itu. Jadi, akan banyak spontanitas nantinya. Dan jujur, aku pun tidak tahu hukuman seperti apa yang akan mereka siapkan untuk si loser di setiap games.”

“Aaaah~! Kaaak, lo denger gak sih???” Kay menggoyang-goyangkan sandaran jok Ken.

“Iya, gue juga tahu. Justru karena gue tahu makanya gue….”

Omongan Ken terputus setelah seorang cewek keluar dari pagar hijau. Seorang cewek berambut panjang kepang dua dan berponi pagar. Memakai celana jeans panjang dan kemeja lengan pendek kotak-kotak. Terlihat rapi dan manis. Dia keluar dari rumah bersama 3 orang berkostum hitam hitam; 1 orang memegang kamera, 1 cewek menyeret koper dan 1 lagi sebagai pemandu!

Kay melemparkan pandangan pada Santi dan Ahmad. Mereka orang-orang yang se-profesi! Jadi???

Santi pun bingung. “Kami tidak meminta kamu menunggu peserta lainnya untuk bersama-sama ke lokasi syuting. Kay dan peserta lainnya berkompetisi loh.” Santi mengingatkan setelah Ken tak juga meneruskan perjalanan. Padahal mobil tim Talent Pop Teens yang membawa cewek itu sudah berangkat lebih dulu.

“Kay akan terhindar dari hukuman terburuk jika dia bisa lebih dulu sampai dari peserta lainnya.”

“Kak, gue tahu selama ini gue sering ngerepotin lo. Tapi cara balas dendamnya gak harus seperti ini juga, kali.” Kay panik memukul pundak Ken.

“Hehehe, balas dendam???” Ken balas keheranan. Kemudian tersenyum penuh makna. “Udah, lo tenang aja. Dan ingat ya, lo jangan mudah negatif thinking sama orang yang menyayangi lo, hehehe!” ucapnya penuh teka-teki. Dia kembali memacu mobilnya, tapi lebih pelan.

Tapi Kay mencurigai sesuatu. Dia mengingat-ingat paras cewek berambut panjang dan bertubuh langsing itu. Kay tidak sempat mengamati persis bentuk wajahnya. Tapi jika cewek itu berhasil lolos audisi di Talent Pop Teens, berarti dia berbakat dan memikat, bukan?

Ya, cewek yang keluar dari rumah berpagar hijau itu juga peserta Talent Pop Teens!

Apa mungkin Ken menyukai cewek itu, sampai-sampai dia ingin mendahulukan cewek itu agar terhindar dari hukuman terburuk???

Dan sebagai gantinya mengorbankan adik lelakinya sendiri???

Sebegitu sukanya kah Ken dengan cewek itu? Bukankah tadi saat cewek itu keluar, sekilas Kay melihat pipi Ken tertarik ke samping? Ken tersenyum sipu saat melihat cewek itu???

Setahu Kay, Ken baru 1x berpacaran di masa SMA-nya. Tampaknya, dia betah dengan status jomblonya dari 12 SMA sampai kuliah semester akhir.

Tapi kini, melihat gelagat Ken yang nervous, Kay berpikiran… sepertinya Ken telah menemukan tambatan hati. Dan jika benar gadis itu… Oh, jadi Kay akan syuting bersama calon kakak iparnya? Kay tersenyum nakal.

Entah kenapa dia seperti mendapatkan semangat lebih mengikuti ajang Talent Pop Teens. Karena cewek manis itu. Juga spekulasi hubungan gadis tersebut dengan Ken.